Lihat ke Halaman Asli

Ihya Ulumuddin

Stay Hungry, Stay Foolish

Lelaki pilihan Tuhan

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Jari tangan kanannyamenegang. Lengan besarnya meneken keras ke lantai. Jari tangan kirinya ditopangkan kuat-kuat di lutut. Kaki-kaki nya tak kuasa menahan berat badannya yang tambun. Perlahan tangan kanannya meraih   kembali tongkat kayu yang berada di samping kanannya. Berusaha sekuat tenaga untuk bangkit. Getaran-getaran halusnya mulai merambat ke tanganya dan menjalar ke tongkat.  Terkadang diam sebentar untuk menenangkannya dan mengumpulkan kembali tenaganya. Lalu berusaha lagi untuk bangkit, berdiri.

Dia berdiri…..berdiri....

Yah dia mampu berdiri walau tidak sempurna. Lengan kirinya kembali disandarkan di dada, sedang tangan kanannya di sanggahkan pada sebuah tongkat yang masih bergetar. Mulutnya mulai komat-kamit lagi. Pandangaannya tertunduk pasrah, ikhlas. Terkadang matanya di pejamkan.  Desiran nafasnya sedikit getas, tidak halus lagi. Dia bebas, merdeka. tapi tak berkuasa atas raganya.

Putih, tenang, lembut, syahdu seperti ada aura bulan yang manghampiri wajahnya. Sedikit bulu-bulu halus menyelimuti wajahnya. Mahkotanya mulai menghilang perlahan di sapu usia. Warnanya berubah menjadi perak. Badannya di bungkus  kain putih, seperti malaikat. Melihatnya,  Izrail pun akan tersenyum.  Masih dua rakaat lagi Pak Tua.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline