Era digital saat ini membawa perubahan gaya hidup. Banyak sekali hal positif namun juga ada beberapa hal negatif. Salah satu hal negatif adalah mudah menyebarnya fitnah, tuduhan selain gosip atau berita yang tidak jelas. Kadangkala berita tersebut benar dan kadangkala berita itu kebohongan yang sengaja dimunculkan.
Fitnah, tuduhan, gosip sering mampir ke gadget kita baik melalui broadcast massage, opini yang dipublish pada suatu website, atau situs berita. Fitnah, tuduhan, gosip itu pun mampir ke rumah kita melalui media televisi atau radio. Efeknya bisa sangat dahsyat. Sumber berita, fitnah dan tuduhan bisa bermacam-macam. Kesaksian satpam, pembantu, orang lewat, tukang sayur, ketua rt, tetangga sampai orang-orang dengan pengaruh besar. Reaksi masyarakat pun beragam, ada yang langsung mengamini, cosscheck ke teman, atau ada yang super hati-hati. Motif berita, fitnah dan tuduhan juga bisa bermacam-macam. Dapat berupa pesanan, karena dengki, sekedar iseng atau memang telah diprogram. Kita tidak dapat menghindar dari kondisi ini. Hukum memang telah mengatur tentang pencemaran nama baik. Namun, banyak yang tidak mau menempuh jalur ini. Selain tidak mau repot-repot, menghabiskan waktu juga menghabiskan dana. So, sebagai penikmat berita dan informasi, kita sendiri yang perlu selektif, memilih dan memilah. Memang sulit saat ini memilih dan memilah berita yang mendekati kebenaran. Bukan banyaknya orang tahu yang menjadikan berita itu benar. Bukan pula logika yang membuatnya menjadi benar. Menurut saya ada beberapa kriteria yang bisa jadi dapat dijadikan alat memilih dan memilah.
1. Sumber berita.
Jangan lihat media yang membawa berita. Tapi sumber berita itu sendiri. Sumber berita yang tidak dikenal dikebelakangkan daripada yang dikenal. Yang dekat didahulukan dari yang jauh. Yang reputasinya baik didahulukan. Walaupun itu juga tidak menjamin kebenaran yang diucapkan. Apalagi terhadap sumber-sumber yang tidak jelas.
2. Logika.
Kadangkala logika sederhana tidak bisa menunjukkan suatu berita itu adalah benar atau salah. "Biasanya" belum tentu kebenaran.
3. Kesaksian yang berbeda.
Jika ada kesaksian yang berbeda, ada yang menyetujui dan ada yang menyangkal tentang suatu berita. Pasti diantaranya ada yang berbohong. Nah, sebaiknya kita tidak langsung mengamini salah satunya. Biarkan sampai ada otoritas yang berwenang yang memutuskan.
4. Objek pemberitaan.
Jika selama ini kita mengenal seseorang sebagai orang baik-baik. Jangan langsung memvonis ketika ada seseorang yang menyebarkan berita jelek tentangnya. Bisa jadi berita itu benar, bisa jadi salah. Tapi mengutamakan kebaikannya dibanding kesalahannya adalah lebih baik. Sampai ada otoritas yang berwenang yang memutuskan.
Ada salah satu film yang menarik menyajikan bagaimana logika dan kesaksian dapat dibantahkan, 12 Angry Men. Film yang pernah saya tonton ini, mengisahkan 12 orang juri yang harus memutuskan kasus yang sudah terbukti di luar persidangan. Banyak saksi yang mendukung salah seorang anak yang dituduh membunuh Bapaknya. Seluruh juri kecuali satu orang sudah bersepakat menjatuhkan vonis bersalah yang mengakibatkan hukuman mati kepada terdakwa remaja 18 tahun tersebut. Karena ada salah satu juri yang tidak sepakat dijatuhinya hukuman mati tersebut, maka diskusi dilanjutkan sehingga tercapai kesepakatan. Dengan berbagai argumen, akhirnya satu persatu juri mendukung bahwa anak tersebut tidak bersalah. Sampai akhirnya, hanya 1 orang yang menyatakan anak tersebut bersalah. Dan akhirnya ia pun menyerah dengan argumentasi bahwa anak tersebut tidak bersalah. Anak itu pun diputus tidak bersalah.