Lihat ke Halaman Asli

ihsani oktavia

IAIH NW PANCOR

Kasus Lehman Brothers

Diperbarui: 21 Mei 2019   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Lehman Brothers merupakan Bank penyalur Kredit Pemilikan Rumah (KPR) terbesar di USA, dimana menjamin hampir separuh dari total KPR di USA. KPR di USA disebut dengan Mortgage

Mortgage berasal dari bahasa Prancis yang berarti "matinya sebuah ikrar". Dalam Mortgage, konsumen mendapat kredit lalu memiliki rumah. Rumah tersebut masih milik pihak pemberi kredit, namun rumah boleh ditempati oleh konsumen selama cicilan belum lunas.

Pada awalnya mortgage ini berjalan lancar di USA, karena nasabah yang dituju adalah nasabah-nasabah yang prima (prime mortgage) dan harga properti mengalami kenaikan terus-menerus. Masalah muncul ketika demand terhadap mortgage ini rendah (tidak laku), sehingga harga pasar properti cenderung mengalami stagnansi bahkan melemah. Sehingga menjadi masalah besar.

Lehman Brothers sebagai pihak penyalur KPR untuk mengatasi masalah ini, justru memberikan kredit kepada nasabah yang kurang layak (sub-prime), dengan harapan mortgage laku di jual dan harga properti akan mengalami kenaikan kembali.

Nasabah yang sebelumnya mengalami kredit macet dapat memiliki kembali mortgage baru. Banyak pula mortgage yang diberikan dengan persyaratan rendah, hanya dengan 5% uang muka, bahkan tanpa uang muka. Adapula mortgage yang hanya mensyaratkan pembayaran bunga tanpa mewajibkan nasabah pembayaran pokok cicilan. Nasabah yang tidak potensial ini disebut Sub-Prime.

Di USA, negara yang memiliki industri keuangan maju, pada umumnya kredit-kredit mortgage tersebut yang diberikan perbankan, kemudian oleh bank dikumpulkan dan jika jumlahnya mencukupi dapat dilakukan sekuritasasi. Sekuritas tersebut dapat diterbitkan di pasar modal. Proses ini disebut dengan proses mentransformasi mortgage menjadi surat berharga. Dengan kata lain surat berharga tersebut dijamin oleh mortgage, atau dikenal dengan istilah Mortgage Back Securities (MBS).

Singkat cerita, penjualan mortgage menjadi sangat laku, dan nilai MBS pun terus meningkat di pasar sekuritas. Namun, karena nasabah yang memiliki mortgage mayoritas bermasalah (sub-prime), tidak mampu melunasi cicilan, sehingga pihak Lehman Brothers pun kesulitan untuk melunasi kewajiban sekuritas yang telah di terbitkan di pasar modal. Sehingga, Lehman Brothers melakukan rekayasa keuangan untuk membayar kewajiban dan memanipulasi pihak pemegang saham di pasar sekuritas.

Lehman Brothers diduga menjadikan pinjaman (loans) sebagai penjualan (sales). Skandal Lehman Brothers ini mencuatkan praktik "manipulasi standar akuntansi (window dressing). Window dressing sejatinya adalah tindakan pidana, namun sulit untuk dibuktikan di pengadilan karena menyangkut interpretasi dan judgement yang berlaku secara akuntansi.

Window dressing adalah upaya mempercantik kondisi keuangan secara artificial agar kondisi perusahaan terlihat lebih kuat. Window dressing yang dilakukan adalah transaksi "repo" Lehman Brothers melakukan transaksi Repo untuk mencari dana, agar dapat menutupi kewajiban kepada para pemegang saham di pasar sekuritas mortgage.

Repo adalah pinjaman yang dijamin dengan agunan, biasanya berupa surat-surat berharga (securities). Dalam istiah ekonomi, transaksi Repo disebut "collateralized borrowing". Lazimnya di Indonesia dikenal dengan istilah gadai.

Dalam hal ini, Lehman Brothers melakukan gadai surat-surat berharga atau gadai saham, yaitu sekuritas mortgage. Di USA, pada umumnya transaksi Repo dibedakan menjadi 2 jenis: Classic Repo dan Sell and Buy Back.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline