Lihat ke Halaman Asli

Ihsan Daulay

Mahasiswa

Pengaruh Produksi Tahu dan Tempe Dalam Satu Desa Terhadap Pengembangaan Masyarakat Desa Tersebut

Diperbarui: 4 Juli 2023   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pada Selasa, 27 Juni 2023 Mahasiswa Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam Fakultas
Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Khususnya
Semester 2 kelas A melakukan Studi Lapangan ke Desa Sedulur Kecamatan Kalideres Jakarta Barat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program akademik yang bertujuan untuk mengetahui
pemberdayaan pengembangan masyarakat di Desa Sedulur Kalideres yang terkenal dengan
produksi tahu, tempe,dan oncom yang sudah di distribusikan hingga keluar kota.
Acara dimulai dengan pembukaan yang disampaikan oleh Ketua RT yang sekaligus salah satu pemilik pabrik tahu di Desa Sedulur Kalideres.
Beliau menyampaikan harapan agar mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah dapat memanfaatkan kesempatan ini untuk dapat belajar dan mengaplikasikan pengetahuan telah didapat dan mudah-mudahan bermanfaat suatu hari nanti.
Selanjutnya mahasiswa pun berpencar sesuai dengan kelompok yang telah dibagi oleh
Dosen Matakuliah Pengembangan Masyarakat, untuk mewancarai warga-warga sekitar
yang ternyata juga ada yang memproduksi tempe dan tahu sendiri (mandiri) di rumah
mereka.
Kebetulan kelompok saya mendapatkan satu rumah yaitu rumah Ibu Citra yang mana saat
kami sedang lewat kebetulan si Ibu sedang membuat tempe yang akan di fermentasi. Tanpa pikir panjang kami pun memohon izin untuk sekedar berbincang bincang dengan si Ibu. Dengan senang hati si ibu mempersilahkan kami masuk dan berbincang-bincang.
Beberapa informasi yang saya dapat adalah:
1. Mengapa bisa satu desa ini mayoritas mata pencaharian nya adalah dari produksi
tahu dan tempe ?

Ibu Citra menjawab, karena dulu pemerintah sempat mengumpulkan para produsen tahu dan tempe dari seluruh pulau jawa, kemudian mereka dikumpulkan di desa tersebut. Ibu Citra juga menjelaskan alasan kenapa Produsen tahu dan tempe ini disatukan, ternyata hal tersebut karena limbah dari produksi tahu dan tempe ini memiliki aroma bau yang dapat mengganggu masyarakat. Oleh karena itu harus disatukan dalam satu desa agar aliran limbahnya yang walaupun di produksi dirumah masing-masing atau secara mandiri juga akhirnya dialirkan ke tempat pembuangan limbah umum dan dapat disaring atau dinetralisir.

2. Apa dampak yang dirasakan masyarakat setempat setelah sekian lama menjadi produsen tahu dan tempe?

Ibu Citra menjawab, tidak ada dampak yang signifikan terjadi pada dirinya, karena dulu ia tinggal di Surabaya yang juga sebagai seorang produsen tahu dan tempe. Dan ia mengatakan bahwa pendapatan nya kurang lebih sama yaitu sekitaran kurang lebih Rp. 200.000 per hari. “Paling ya persebaran tahu dan tempe saya yang semakin meluas sampe ke bogor, tapi selebihnya yaa suami saya bawa kepasar untuk dijual ke pedagang-pedagang dipasar” lanjut Ibu Citra. Tetapi bagi yang memang belum memiliki pekerjaan, pabrik tahu tempe disini memberikan banyak lapangan kerja. Sehingga hal ini merupakan salah satu dampak pengembangan masyarakat disini.

3. Bagaimana partisipasi oleh masyarakat terhadap kegiatan masyarakat?

Partisipasi dari masyarakat setempat terhadap kegiatan-kegiatan masyarakat disana dari yang saya perhatikan adalah para masyarakat sangat mensupport kegiatankegiatan ataupun event-event yang diadakan di daerah tersebut, contohnya saat kami berkunjung kesana dan melakukan kegiatan, para warga terlebih ibu-ibu dan anak-anak sangat antusias menyambut kami bahkan memanggil-manggil kami untuk mewawancarai mereka. Bahkan mereka sempat memberikan kami beberapa bungkus tahu yang sudah digorengg untuk dimakan.

4. Apakah ada konsep keberlanjutan dari pemberdayaan pengembangan masyarakat disana?

Konsep keberlanjutan di desa tersebut sangat lah nyata bahkan dari beberapa warga yang kami wawancarai mereka mengatakan bahwa pekerjaan ini sudah ada sejak tahun 1954 yang dimana pada saat itulah program pemerintah untuk menyatukanpara produsen tahu dan tempe. Sehingga dapat dikatakan bahwa pekerjaan sebagai

prodsen tahu dan tempe di desa ini sudah sangat lama bahkan sudah mulai kakek

nenek moyang mereka yang terus berlanjut secara turun-temurun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline