Peristiwa 10 November, terutama terkait dengan peristiwa G30S/PKI, telah menciptakan tantangan terhadap keutuhan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia. Peristiwa tersebut memunculkan perdebatan, penafsiran yang berbeda terhadap nilai-nilai Pancasila, serta menguji kesatuan dan keberagaman dalam menjaga prinsip-prinsip yang dipegang teguh oleh Pancasila. Meskipun demikian, Pancasila tetap dijunjung tinggi sebagai landasan dan pegangan utama dalam membangun kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia.Cokroaminoto, sebagai salah satu tokoh pergerakan nasional, memberikan pendidikan ideologi yang kuat kepada murid-muridnya. Dia mengajarkan nilai-nilai patriotisme, kebangsaan, keadilan sosial, dan semangat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Melalui pendidikan tersebut, Cokroaminoto berupaya membangun kesadaran nasionalisme dan rasa persatuan di antara murid-muridnya agar mereka menjadi generasi yang peduli, bertanggung jawab, dan siap memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Tema perjalanan hari ini adalah kilas balik terhadap sejarah yang terjadi di kota para pejuang, kotanya para pahlawan, yaitu kota surabaya, seperti yang kita tau kota surabaya memiliki Monumen yang dimana arek-arek suroboyo menyebutnya tugu pahlawan, tugu pahlawan sebelum dibangun menjadi tugu pahlawan yang kita lihat pada saat ini adalah sebuah pengadilan Belanda yang diberi nama gedung "Raad van Justitie" Atau yang berarti pengadilan tinggi,lalu setelah itu kita pergi ke rumah hos cokroaminoto.
Rumah Hos Cokroaminoto, atau dikenal sebagai Rumah Cokroaminoto, adalah salah satu peninggalan bersejarah yang menjadi saksi bisu perjuangan tokoh nasional Indonesia, Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau yang akrab dipanggil Cokroaminoto. Rumah ini terletak di Jalan Gandaria I No. 17, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dibangun pada tahun 1913, rumah ini menjadi saksi penting perjalanan hidup dan perjuangan politik Cokroaminoto, salah satu tokoh utama dalam gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Sejarah
Rumah Cokroaminoto memiliki nilai sejarah yang sangat penting. Dalam rumah ini, Cokroaminoto menjalani sebagian besar masa hidupnya dan merencanakan perjuangan nasional melawan penjajahan Belanda. Bangunan ini menjadi pusat kegiatan politik dan pergerakan nasional di awal abad ke-20. Di sini, Cokroaminoto juga mendirikan Sarekat Islam (SI), organisasi pergerakan massa terbesar pada zamannya yang memperjuangkan kepentingan rakyat.
Arsitektur
Rumah Cokroaminoto memiliki arsitektur yang khas pada zamannya. Meskipun telah mengalami beberapa renovasi, tetapi sebagian besar bagian eksterior masih mempertahankan gaya arsitektur rumah khas Betawi dengan sentuhan Eropa pada masa kolonial Belanda. Bangunan ini terdiri dari dua lantai dengan corak desain yang mencerminkan periode sejarahnya.
Kegiatan dan Makna Sejarah
Selain menjadi tempat tinggal, rumah ini juga merupakan pusat kegiatan penting dalam perjuangan politik dan sosial Cokroaminoto. Di dalamnya, banyak diskusi, pertemuan, dan perencanaan strategi perjuangan kemerdekaan Indonesia yang terjadi. Sebagai tokoh yang aktif dalam Sarekat Islam, Cokroaminoto menggunakan rumah ini sebagai basis untuk mengoordinasikan gerakan massa, melobi, dan menggalang dukungan untuk perjuangan kemerdekaan.
Kepentingan Kultural
Rumah Cokroaminoto bukan hanya merupakan tempat bersejarah bagi perjuangan kemerdekaan Indonesia, tetapi juga menjadi pusat penting dalam pelestarian warisan budaya. Sebagai situs bersejarah, rumah ini menjadi bagian dari upaya pelestarian sejarah dan peninggalan tokoh nasional yang harus dijaga dan dilestarikan agar dapat memberikan inspirasi bagi generasi mendatang.