Lihat ke Halaman Asli

Ihsan Aufa

Murid SMKN 11 Semarang

Campur Tangan Takdir

Diperbarui: 11 Juli 2024   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namanya adalah Rangga, seorang pemuda SMK di sebuah sekolahan yang cukup terkenal di daerah itu. Hari itu seperti biasa Rangga berangkat ke sekolah seperti biasa. Jika di lihat dari keimanan, Rangga adalah orang dengan keimanan yang masih belum sempurna. Dia mengetahui dengan baik tentang agamanya, tapi untuk percaya pada Tuhan itu sendiri. Dia belum bisa mengatakannya dengan percaya diri. Dia berangkat seperti biasa dan kegiatan sekolah berjalan seperti biasa. Dia ke kantin bersama teman-temannya saat istirahat dan beribadah ketika istirahat kedua. Saat pulang, teman-teman Rangga seperti biasa mengajaknya untuk beribadah terlebih dahulu. Tapi karena Rangga sudah berjanjian dengan ayahnya untuk langsung pulang, Rangga pun menolak ajakan mereka. Saat berada di tempat tunggu, dia belum melihat tanda-tanda keberadaan ayahnya. Melihat itu, Rangga pun duduk di sebuah kursi yang sudah di siapkan. Dari kejauhan terlihat seorang gadis yang duduk di tempat tunggu lain yang sedikit terpisah cukup jauh dari tempat Rangga. Namanya adalah Melia, tapi Rangga biasa memanggilnya Mei. Mei adalah salah seorang teman yang cukup dekat dengan Rangga. Beberapa menit berlalu Rangga sudah mulai bosan dengan telepon genggamnya. 

"Aku mau ngomong sama Mei," ucap Rangga dengan wajah bosannya sambil melihat ke arah Mei. 

Di sisi lain, tiba-tiba muncul banyak orang yang berhenti di sekitar Mei dan berbincang-bincang di sana. Tak lama Mei yang di kerumuni itu pergi dari sana dan berpindah di sebuah tempat yang menurut Rangga cukup aneh.

"Lah. Dia ngapain di situ?" ucap Rangga.

Tak lama Rangga mulai merasakan rintikan air hujan yang menerpanya. Tapi hujan itu sangat kecil yang membuat Rangga menghiraukannya. Beberapa menit berlalu Rangga mulai bosan dan memutuskan untuk beribadah saja berharap ketika dia selesai, ayahnya sudah ada di tempat tunggu. Ketika di tengah jalan dia berpapasan dengan Mei yang terlihat berteduh di depan sebuah gedung yang di atasnya terdapat sebuah atap kecil yang melindunginya dari hujan.  Rangga sedikit memberikan tatapan pada Mei dan Mei yang menyadari itu pun berkata "Neduh Nga," ucapnya. 

"Iyaa," balas Rangga sambil sedikit tersenyum. 

Setelah interaksi singkat itu, Rangga melanjutkan perjalanannya dan segera malaksanakan ibadahnya. Di tengah kekhusyukannya, suara hujan yang tadinya pelan menjadi cukup deras. 

Saat selesai, Rangga melewati jalan lain untuk menghindari hujan yang mulai lebat dan masuk ke dalam sekolah. Dia sudah membuat perjanjian dengan ayahnya untuk tempat penjemputan ketika hujan menerpa. Di tengah jalan tiba-tiba dia berpapasan dengan Mei yang sudah berpindah dari tempatnya. Rangga pun mengambil kesempatan itu dan berkata "Belum pulang Mei," ucap Rangga basa-basi. 

"Iya belum," jawabnya. 

"Kenapa enggak nunggu di sana?" lanjut Rangga. 

"Ketempiasan Nga," balas Mei. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline