Orang yang pernah mengalami kusta atau yang selanjutnya disingkat OYPMK adalah orang yang mengalami cacat kusta. Mereka dihadapkan pada berbagai masalah yang muncul dari penyakit yang diderita, diperparah dengan stigma yang menyebabkan penyandang cacat kusta ini terasing, menjalani hari dengan tidak bermakna, susah menjalin relasi sosial dan berinteraksi, serta membatasi diri. OYPMK dengan penerimaan diri yang rendah, cenderung merasa tidak puas dengan diri sendiri, yang disebabkan oleh munculnya pikiran-pikiran negatif terhadap kondisi fisik yang dimilikinya saat ini, sehingga akan memunculkan perasaan tidak percaya diri terhadap orang lain yang kondisi fisiknya normal. Selain itu, kurangnya penerimaan diri jika tidak ditangani dengan baik, dapat mengakibatkannya kehilangan tujuan hidupnya, merasa jauh dengan teman-temanya, dan kehilangan kesehatan fisik secara menyeluruh. Hal ini dapat menimbulkan ketegangan, kecemasan, serta frustrasi dalam menghadapi hari esok bahkan sampai mengalami depresi.
Peduli akan hal tersebut, tim Fakultas Psikologi Universitas Negeri Malang yang diketuai oleh Dr. Tutut Chusniyah, M.Si melakukan penguatan psikologis bagi OYPMK di Rumah Sakit Kusta Daha Husada Kota Kediri. Penguatan psikologis ini diharapkan dapat meningkatkan penerimaan diri dari OYPMK. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 4 Agustus 2022 yang diikuti oleh sejumlah pasien penderita kusta dan keluarga yang mendampinginya. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk Focus Discussion Group (FGD) sharing antar pasien dan pemberian penguatan psikologis oleh tim fakultas psikologi UM. Kegiatan penguatan ini berlangsung selama 1 hari dan terbagi kepada 4 sesi.
Sesi pertama yakni pengenalan potensi diri, peserta dengan pendampingnya diminta untuk berdiskusi lalu menulis kelebihan dan kekurangan yang mereka ketahui baik kelebihan dan kekurangan diri sendiri maupun pasangan. Dari sesi pengenalan potensi diri ini peserta menyadari bahwa untuk menghadapi sesuatu, perlu mengenal diri terlebih dahulu, baik positif maupun negatif pada diri. Kemudian diharapkan mereka bisa menerima kelebihan dan kekurangan diri, bisa belajar untuk memahami dan mengetahui bagaimana mengenal potensi yang dimiliki, dan pada akhirnya berdamai dengan diri sendiri dan keadaannya.
Sesi kedua adalah membentuk persepsi positif. Pada sesi kedua ini peserta mendapatkan materi dari pemateri tentang apa itu persepsi positif bagaimana caranya membentuk dan memiliki persepsi positif setelah mengetahui potensi diri yang dimiliki oleh peserta. Dengan menyadari pentingnya persepsi positif diharapkan peserta mampu lebih meningkatkan efikasi dirinya.
Sesi Ketiga adalah manajemen waktu. Pada sesi manajemen waktu ini, peserta diminta untuk melakukan brainstrorming tentang waktu, mengapa waktu itu penting, dan perlu diatur. Dari hasil brainstorming tersebut, kebanyakan peserta menganggap bahwa mereka tidak memiliki cukup waktu, belum bisa membagi waktu dan menentukan skala prioritas. Maka dari itu moderator atau tim menyampaikan bahwa waktu itu sangat penting, membagi waktu sesuai dengan perannya dikehidupan, menentukan skala prioritas mana yang harus segera diselesaikan mana yang bisa diselesaikan dengan bantuan orang lain dan mana yang sebenarnya tidak perlu diselesaikan segera, lalu disinggung juga bahwa untuk memanfaatkan waktu yang ada perlu adanya kerjasama dengan orang lain karena dengan bekerja bersama waktu yang digunakan akan sedikit dan akhirnya jadi memiliki waktu luang atau waktu yang bisa dimanfaatkan untuk kegiatan yang lain.
Sesi terakhir pada kegiatan penguatan ini adalah daya juang. Sesi terakhir ini adalah sesi refleksi diri dimana setiap peserta diminta untuk bercerita tentang bagaimana mereka menghadapi penyakitnya selama ini. Pada sesi terakhir ini banyak peserta yang belajar dari peserta lain dalam menghadapi penyakitnya. Peserta yang mungkin baru menderita penyakit kusta beberapa bulan dan merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling menderita akhirnya memiliki rasa bersyukur dan daya juang untuk melanjutkan hidupnya dengan lebih bersemangat setelah mendengarkan cerita dari penderita penyakit kusta yang sudah bertahun-tahun dan dinyatakan hampir sembuh. Begitupun sebaliknya peserta yang sudah lama menderita penyakit kusta bersyukur bahwa sampai hari ini masih hidup masih bsa beraktifitas dan masih bisa berobat untuk kesembuhan yang diharapkannya. Pada akhirnya setiap peserta dapat saling menguatkan satu sama lain dari cerita dan daya juang mereka terhadap penyakitnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H