Lihat ke Halaman Asli

Pembaringan Terakhir

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Pada malam penghabisan itu
Aku masih melihatmu
Tertidur abadi dibalut selembar kafan
Maut yang begitu pekat di keningmu;
Seperti mengekalkan ajal pada pembaringan terakhir

Pada malam penghabisan itu pula
Kunang-kunang semakin liar mengudara
Bagai kuku matimu mencakar cahaya
O, langit menjadi semakin berkarat
Kini menjelma pada kerutan tubuhmu

Akan kuTahlilkan: Aku di sini, di ruangan ini, masih melafadzkan
Tasbih yang dikirim bersama segumpal awan.

Dengan begitu, gerimis tidak lagi mengalir di mataku
Dan daun-daun yang bergaris keriput
Bukan satu-satunya tempat embun menetes

Lalu burung-burung menjerit dengan kibasan sayapnya
Sepertinya malaikat sedang menunggumu dibalik pintu
Sedang aku yang terus mengingat bayangan hidupmu
Masih bertahlil hingga ritual sakral berakhir

Tubuhmu kini bersandar pada kesetiaan bumi
O, yang dibalut kafan
Ingin ku buka dan mengecup keningmu
Dan merajut kembali rambutmu dengan doa

2011

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline