Lihat ke Halaman Asli

Idris Harta

tentang kita dan halaman sekolah kita

Di Hari Guru: Di Manakah "Guru-guru" Ini Sekarang?

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di suasana hari guru ini saya akan bercerita tentang dua orang PAHLAWAN TANPA TANDA JASA. Yang pertama adalah saat saya menjadi tenaga pengajar di suatu program Diploma di suatu universitas. Salah seorang mahasiswa saya mungkin rada tidak normal. Dalam setiap ujian, beliau ini selalu menyontek. Segala cara saya lakukan. Usaha terakhir adalah memisahkan dia dari mahasiswa lain. Harapannya dia tidak akan menyontek. Gagal. Karena beliau ini yah lantas menyambangi mahasiswa lain dalam ruangan itu. Ditegur? Tidak ada gunanya!!!

Singkat cerita, menjelang masa habis keliah, menjelang wisuda sebagai mahasiswa program diploma, saya dipanggil ketua prodi. Ternaya berhubungan dengan beliau situkang nyontek tadi. Dia tidak akan bisa wisuda karena 3 mata kuliah dari saya tidak lulus. Beliau ketua prodi meminta kebijakan saya untuk meluluskan situkang contek. Saya bertahan TIDAK AKAN!!! Akhirnya si ketua prodi mengatakan bahwa mahasiswa tukang nyontek tadi adalah ponakan Ketua program. NAH!!! Karena saya tidak mau memberikan nilai, maka semuanya ditangani oleh ketua prodi.

Sekarang saya bertanya-tanya, dimanakah "Guru" situkang nyontek ini berada. Apa yang dilakukannya sebagai guru? Entahlah!!!!!!

Cerita kedua waktu saya sebagai instruktur PLPG di suatu lembaga.  Pada kelas TIK guru SMP ada kewajiban menulis proposal Penelitian Tindakan Kelas. Saya kebagian 15 orang guru yang akan disertifikasi. Untuk membimbing mereka, setiap guru saya wajibkan menghadap saya dengan membawa proposal PTKnya. Salah seorang guru TIK tersebut adalah ibu guru yang mengampu mapel TIK selama 3 tahun. Judul proposanlya adalah:

Penggunaan Tutor Sebaya untuk meningkatkan keterampilan mengetik menggunakan Word Processor."

Setelah menanyakan nama, unit kerja, dan tetek bengek lainnya saya bertanya: Apa itu Word Processor? Jawabnya, itu lho pak untuk ngetik-ngetik itu.......

Jawaban ini saya terima, karena saya anggap cuku, karena saya pun mengerti.

Pertanyaan selanjutnya adalah: Apa itu Tutor Sebaya?

Jawaban pertanyaan ini membuat saya terhenyak. Saya tinggalkan dia. Saya keluar ruangan. Cari makan. Cari minum. Betapa kecewanya saya terhadap guru ini. Dimana dia kuliah? Siapakah dosennya? Begitu banyak pertanyaan saya.

Sekarang, di suasana hari guru ini saya bertanya-tanya: Bagaimana nasib siswa diajarnya? Bagaimana nasib kualitas pendidikan kita jika guru seperti ini harus lulus? Saya tidak meluluskan guru ini, tetapi karena sistem penilaian dia harus lulus. Inikah sertifikasi? Inikah guru profesional? Bu, berapa tunjangan yang ibu terima?

Sidang pembaca apa jawaban saya: Apa itu Tutor Sebaya?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline