Lihat ke Halaman Asli

Ada "Miss W" di Kampung Saya !

Diperbarui: 24 Juni 2015   08:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beneran.. ada “Miss W” di kampung saya. Cuma anda jangan membayangkan seperti Miss W yang saat ini sedang ada di Bali yaa..  yang sedang asyik “ngerumpi” serta bernarsis ria menonjolkan kemolekan tubuhnya dihadapan para fotografer profesional maupun tamu undangan yang hadir.

Dalam balutan yang dikemas halus dengan istilah 3B, yaitu “Brain” (kecerdasan), “behaviour” (sikap), serta “beauty” (kecantikan), para wanita cantik dari 130 negara berebut legitimasi duniawi sebagai wanita tercantik dalam ajang Miss World 2013.

Istilah 3B diatas memang acapkali sering dilontarkan oleh para Miss W mania namun sesungguhnya Beauty atau kecantikanlah yang menjadi tolak ukur penilaiannya menurut kacamata saya. Coba perhatikan dan amati bersama, kontes Miss W yang merupakan kontes kemolekan tubuh yang didalamnya menilai tubuh wanita secara keseluruhan yaitu dari atas rambut (kepala) hingga ujung bawah mata kaki dan berkaitan dengan “kesempurnaan” tubuh yang diprioritaskan dalam ajang ini, rasa-rasanya sangat mustahil seorang wanita yang cerdas namun memiliki “kekurangan” yang ada ditubuhnya bisa memenangkan ajang narsis kecantikan ini.

Lantas bagaimana dengan “Miss W” yang ada di kampung saya ?! Wahh.. kalau soal 3B-nya sih, tidaklah kalah dengan Miss W yang saat ini ada di Bali, paling hanya postur badan saja yang kalah. Kalau soal wajah bisa diadu sama bintang film perahu kertas -Maudy Ayundha- atau bahkan dengan Miss Indonesia 2013, Vania Larissa.

Miss W” di kampung saya adalah seorang yang teguh dengan budaya timurnya  terlebih lagi dia adalah seorang muslimah. Kecantikan baginya bukanlah melulu berbicara tentang fisik namun lebih jauh dari itu. Kecantikan wajah menurutnya akan terpancar dengan sendirinya lewat senyuman yang bermakna mensyukuri segala karunia-Nya

Oleh sebab itulah “Miss W” di kampung saya tidak memerlukan legitimasi kecantikan dari voted/penilaian dewan juri apalagi untuk mendapatkan legimitasi itu harus “menanggalkan” kemolekan tubuhnya dihadapan jutaan pasang mata.

Cukuplah kemolekan tubuhnya dinikmati oleh orang yang sudah halal saja baginya (baca: suami)  karena memang begitulah seharusnya didalam ajaran agamanya yaitu Islam.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline