Lihat ke Halaman Asli

Igrin Taqiya

Mahasiswa/Universitas Brawijaya

Pancasila sebagai Fondasi Algoritma Kebangsaan untuk Membangun Ruang Digital yang Inklusif

Diperbarui: 14 November 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pancasila, ibarat fondasi rumah Indonesia yang merupakan dasar negara dan menjadi landasan untuk membentuk identitas nasional, menjadi pedoman dalam bersikap serta membangun karekter bangsa. Lima sila yang terkandung di dalamnya mencakup nilai-nilai luhur: Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Di era serba digital ini tentu Pancasila memiliki peran yang krusial sebagai pedoman etis dalam menghadapi berbagai tantangan dunia maya yang semakin terbuka dan dinamis.

Seiring dengan perkembangan ruang digital, gaya hidup dan cara berinteraksi masyarakat Indonesia pun turut mengalami perubahan. Kemudahan dalam mengakses informasi ditambah lagi dengan hadirnya media sosial yang menjadikan kita dapat dengan mudah terhubung satu sama lain, terutama sebagai generasi muda yang kesehariannya nyaris tidak terlepas dari yang namanya dunia maya. Dari sini terlihat bahwa tantangannya adalah bagaimana kita bisa tetap menjaga nilai-nilai Pancasila di tengah maraknya konten negatif, ujaran kebencian, hingga hoaks yang kerap seliweran di berbagai platform media sosial. Di sinilah pentingnya peran algoritma kebangsaan  berlandaskan Pancasila untuk membentuk interaksi di ruang digital agar tetap etis dan positif. Let's find out more!

Apa itu Algoritma Kebangsaan?

Pasti kita sudah tidak asing lagi dengan kata algoritma, tapi kalau "algoritma kebangsaan" itu apa? Menurut Prof. Richardus Eko Indrajit, algoritma kebangsaan merupakan suatu konsep sistematis dan terstruktur untuk menciptakan serta meningkatkan rasa cinta dan bangga masyarakat Indonesia terhadap bangsa dan negara melalui pemanfaatan beragam teknologi digital khususnya media sosial. Algoritma kebangsaan merupakan strategi yang harus kita lakukan sebagai generasi muda agar tetap mampu melastarikan nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi tantangan di dunia maya. Dengan adanya algoritma kebangsaan ini, diharapkan bisa menciptakan ruang digital yang lebih inklusif yang mana setiap dari kita mempunyai akses yang setara.

Inklusi digital adalah akses dan penggunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), seperti internet dan infrastrukturnya, perangkat keras, perangkat lunak, dan pelatihan literasi digital oleh semua orang tanpa memandang usia, jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, mobilitas, kamampuan fisik dan kognitif, latar belakang budaya dan sosial ekonomi. Inklusi digital membantu semua orang terutama mereka yang kurang beruntung baik itu secara historis dikecualikan, untuk memiliki akses dan keterampilan untuk berpartisipasi penuh dalam dunia digital. Dalam konteks inklusi digital, algoritma kebangsaan berperan untuk mencegah diskriminasi, menghindari perasaan dikucilkan, dan memastikan semua kelompok masyarakat punya kesempatan yang sama untuk ikut berpartisipasi.

Pentingnya algoritma kebangsaan yaitu agar kita bisa tetap melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam berinteraksi di dunia maya. Beberapa peran algoritma kebangsaan dalam konteks inklusi digital sebagai berikut.

  • Mencegah diskriminasi

Dengan adanya penerapan algoritma kebangsaan, pemerintah dapat membuat suatu standar yang mana mewajibkan adanya         penerapan prinsip keadilan dan kesetaraan dalam berinteraksi pada media sosial sehingga dapat mencegah terjadinya diskriminasi.

  •  Memfilter konten negatif

Algoritma dapat dirancang untuk mendeteksi serta mengendalikan berbagai jenis konten yang dianggap dapat berpotensi menjadi suatu pelanggaran etika, misalnya kata-kata yang tidak pantas, ujaran kebencian, dan pencemaran nama baik.

  • Menciptakan lingkungan digital yang nyaman

Penerapan algoritma kebangsaan dalam konteks inklusi digital dapat dilakukan dengan menciptakan atau menyebarkan konten yang mencerminkan sikap saling menghargai, menghormati, berempati dan lainnya. Penerapan algoritma kebangsaan ini juga dapat meminimalkan jangkauan konten yang dapat menimbulkan ketidaknyamanan hingga konflik. 

Meskipun Pancasila sebagai fondasi algoritma kebangsaan sangat potensial, namun tidak menutup kemungkinan dapat disalahartikan, contohnya kebebasan berpendapat hingga berujung pada ujaran kebencian. Hal ini merupakan salah satu tantangan yang dapat menimbulkan perpecahan apabila terus-menerus terjadi. Solusinya, pemerintah dapat berkolaborasi dengan platform digital untuk menciptakan aturan tegas namun tetap memberikan ruang ekspresi yang sehat. Selain itu, masyarakat perlu meningkatkan literasi digital supaya lebih bijak dalam berinteraksi di dunia maya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline