Kabupaten Purbalingga banyak menyimpan situs dan peninggalan sejarah dari zaman perang kemerdekaan, era kesultanan Islam, kerajaan Hindu-Budha hingga zaman purba. Salah satu wilayah yang kaya akan peninggalan bersejarah adalah Desa Onje, Kecamatan Mrebet. Berdasarkan catatan sejarah, desa itulah yang menjadi cikal bakal kabupaten Purbalingga.
Salah satu situs bersejarah unik di Desa Onje adalah Situs batu Dakon. Kenapa diberi nama situs batu Dakon? Sebab, jejak arkeologi yang ditinggalkan berupa bongkahan batu yang bagian atasnya terdapat cerukan-cerukan seperti papan dakon atau congklak. Jadi bisa saja situs tersebut diberi nama Situs Batu Congklak.
Memang, batu Andesit berwarna hitam selebar kurang lebih 70 cm itu serupa papan dakon alias congklak, itu lho permainan tradisional anak-anak. Pada bidang batu yang datar, terdapat 10 cerukan yang beragam. Diameter terlebar cerukan 15 cm dan diameter tersempit dekitar 10 cm.
Lokasi situs tersebut di tak jauh dari situs bersejarah lainnya di Desa Onje yaitu Masjid Sayyid Kuning. Setelah berjalan kurang lebih 250 meter ke arah pertemuan tiga sungai atau masyarakat menyebut kedung pertelu, jojok pertelu atau tempuran tiga batu Dakon tepat berada di pojok tebingnya. Tebing tersebut juga tertutup oleh tatanan batu yang dasarnya seperti pondasi/talud kemudian ada anak tangga yang membentuk punden berundak.
Nah, yang menggelitik saya, apakah fungsinya batu Dakon tersebut, masih misterius? Apakah anak-anak zaman purba di Purbalingga sudah mainan Congklak? Bisa jadi... Hehe.
Saya pun berselancar ke dunia maya mencari informasi yang lebih detail, ternyata temuan batu Dakon tak hanya di Purbalingga. Batu serupa juga ditemukan di Bogor, bahkan ada tiga yaitu, di area Situs Kebon Kopi, batu Dakon Kampung Raden Saleh dan batu Dakon Pasir Jaya.
Kemudian ada Situs Cengkuk, Sukabumi, Situs Sinjar Bulan, Jambi, Aek Sipitu Dai, Limbong, Pulau Samosir, Situs Benteng Sari, Lampung Timur, Situs Kulawi, Sigi, Sulawesi tengah dan Situs Taman Purbakala Cipari, Kuningan.
Temuan batu Dakon di beberapa tempat di Nusantara ini, artinya batu seperti itu lazim digunakan oleh pada zaman dulu. Lalu, kembali ke laptop, apa fungsinya?
Mari kita kita sibak kabut misterinya...
Selain dugaan bahwa batu itu adalah papan permainan anak-anak japur alias zaman purba, kalangan ahli prasejarah beranggapan lubang di batu itu berfungsi sebagai altar sesajian seperti kembang-kembangan atau biji-bijian. Masing-masing lubang bisa berisi barang sesajian yang berbeda-beda. Jadi, area batu dakon adalah area pemujaan arwah leluhur.
Tak mengherankan dugaan ini, karena di sekitar batu Dakon juga ditemukan menhir dan lokasinya juga seperti punden berundak. Sampai saat ini, area tersebut pun masih menjadi tempat pemujaan. Ketika saya berkunjung kesana pekan lalu, banyak tertinggal tumpukan sisa pembakaran kemenyan dan bebungaan.