Salah satu aktivitas yang menyenangkan buatku adalah nonton. Bioskop tentunya lebih afdol. Kalau nonton di HP buat youtube atau trijipi saja. Nah, sore tadi seusai meeting di Ibukota Propinsi aku tunaikan salah satu hobiku itu. Nonton sendirian, filmnya Insidious pula. Aneh? Nggak juga. Saya menikmati nonton sendiri diantara kerumunan para alay dan remaja kencan.
Usai film, udah kebelet pipis, lobby bioskop di mall yang ada di jantung kota itu penuh sesak. Jalan ke toilet dipadati ratusan anak bau kencur yang tengah histeris. Ngapain sih?Ternyata mereka menyambut para Bintang Film Surat Cinta Untuk Starla The Movie. Biasa aja woy, kebelet nih!
Hmmh, setelah sampai ke toilet, sambil pipis aku mikir, histeria anak muda itu mengingatkan pada tulisan Pak Rheinald Kasali soal pergerakan ekonomi saat ini yang ditopang generasi zaman now. Mereka inilah ternyata yang katanya menjadi tulang punggung ekonomi kita kini.
Generasi milenial haus eksistensi inilah yang menggelontorkan pundi-pundi uang untuk melumasi roda ekonomi. Entah dari mana sumbernya, minta orang tua atau usaha, mereka ringan tangan sekali mensukseskan bioskop, memadati konser, meramaikan cafe, memenuhi bilik karaoke dan aktivitas kekinian lainnya.
Nah, budaya mereka menular kepada para generasi yang lebih dewasa bahkan golongan tua. Mereka kini sama-sama haus eksistensi, haus hiburan, keranjingan bersenang-senang.
Pak Rhenald menyebutnya fenomena ini 'Ekonomi Pengakuan' juga lain waktu disebutnya Leisure Economy. Simpel saja menurutku, itu Ekonomi Hepi-Hepi.
Masuk akal juga sih, analisisnya. Contoh tadi saja, nonton film di bioskop jelas tak murah. Tiket 50 rebuan, blendung jagung alias pop corn medium size 50 rebu. Air mineral saja 10 rebu. Alhasil, sebiji orang nonton bioskop setidaknya ngeluarin duit kertas bergambar Sang Proklamator. Kalau sama bokin (ada nggak sih generasi jaman now tahu bokin?) ya keluar 200 ribuan lah. FYI, bioskop sekarang tumbuh pesat dan selalu dipenuhi penonton.
Itu baru nonton. Nah, anak muda sekarang gandrung banget nongkrong di kafe, which is, nggak murah juga. Terus, konser artes-artes lokal maupun interlokal juga laku terus tuh, bahkan konser di Singapur saja yang menuhin orang Indonesia. Karaoke, biliknya menjamur sampai tingkat kecamatan. Lalu, semua orang sekarang jadi suka pesiar sampai ada ejekan kalau orang gak asik pasti gara-gara kurang piknik.
Jadi, fakta-fakta itu membuktikan teori Pak Rheinald tadi. Ya, boleh dibilang pahlawan ekonomi sekarang ini salah satunya adalah generasi jaman now dengan berbagai aktivitas kekiniannya.
Btw, serius amat gue yah..
Ah, ini gara-gara mengalihkan efek nonton aksi Nenek Elisse tadi nih. Tenang-tenang, Iblis tidak akan bisa menguasaimu kalau kita berani, tak kenal menyerah dan penuh cint. (Pesan moral Insidious : The Last Key)