Lihat ke Halaman Asli

Igoendonesia

TERVERIFIKASI

Catatan Seorang Petualang

Pariwisata, Solusi Persoalan dan Masa Depan Papua

Diperbarui: 31 Desember 2016   12:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Festival Lembah Baliem (Foto : kompas)

Salah satu yang masuk  dalam daftar deretan tempat  yang wajib dikunjungi sebelum mati versi Igoendonesia adalah Papua. Ya, Tanah Papua, pulau di ujung timur Indonesia itu. Keindahan alamnya sungguh menarik, budayanya unik, tradisinya atraktif dan kulinernya asik, sebuah padu padan yang lengkap. Sebab keindahanya yang warbiyasah, sampai-sampai Bung Franky Sahilatua menjuluki Papua sebagai ’Surga Kecil yang Jatuh ke Bumi’.

Namun, sayang, seribu sayang, sampai saat ini aku hanya bisa menikmati surga kecil itu dalam tayangan cerita perjalanan di televisi atau hasil berselancar di dunia maya. Semakin sering ditonton tambah bikin mupeng dan semakin aku ingin menginjakan kaki di tanah yang oleh Frans Kaisepo, pahlawan asal Papua yang baru-baru ini ditampilkan di uang baru itu lho, lebih suka disebut dengan Irian itu.

Keindahan Raja Ampat, Papua ( foto : kompas)

Ya, apa mau dikata, sampai saat ini impianku yang satu itu memang belum terwujud. Sejak kuliah sampai kerja, dari merantau sampai pulang kampung, dari jomblo sampai status mengenaskan itu sudah menjadi sejarah aku belum pernah menginjakan kaki ke Tanah Papua. Aku belum bisa menyelam atau berjemur sambil menikmati pemandangan surgawi di Raja Ampat atau Teluk Cendrawasih. Aku juga belum sampai bermain air dan berperahu di Danau Sentani atau Danau Painai. Hanya dalam mimpi juga berinteraksi dengan masyarakat Suku Dani sembari mengikuti Festival Lembah Baliem. Dus, masih di angan mendaki Gunung Jayawijaya atau menjelajahi Taman Nasional Laurentz. Rumahku juga belum ada oleh-oleh ukiran karya Suku Asmat yang eksotik itu.

”Kalau mau kesana nabung dong bro?!”

Sudah nyong, sudah tapi belum cukup. Anggaran buat travelling makin sedikit seiring kebutuhan yang menghimpit.. hehe. Jangankan nabung, adu keberuntungan dengan ikut undian atau lomba yang ada embel-embel ’Jalan-jalan ke Papua’ sudah sering aku ikutin. Sayang, Dewi Fortuna belum melirik nih.. hehe. Ah, moga saja ada yang kasihan terus mau biayain aku jalan-jalan ke Papua... hehe.

Kembali lagi ke bagian yang serius. Jadi, banyak orang yang mau jalan-jalan atau menikmati keindahan bak nirwana di Papua seperti diriku ini, namun apa daya, ada berbagai kendala yang menghalanginya.

Pertama dan yang paling utama adalah MAHAL. Yap, mau ke Papua memang akomodasinya mahal.  Penyebabnya, tiket pesawat mahal, bisa berlipat-lipat harga tiket pesawat ke Yogya atau Bali, bahkan warga Indonesia bisa jalan-jalan lebih murah ke Phuket di Thailand, Saigon di Vietnam, Angkor Wat di Kamboja, Singapura, atau Malaysia. Bukannya pamer ya, aku sudah pernah ke kota yang kusebutkan tadi, tentunya ala backpakcer. Lah, kalau ke Papua, mana ada tiket pesawat promo.

Kemudian, jarang ada penginapan terjangkau. Coba cek saja di situs-situs penyedia jasa layanan booking hotel online, ongkos menginap di sana nggak ada yang mursida bow, halmahera semua. Berikutnya, nggak ada makan murah dipinggir jalan. Denger-denger mau makan mi instan rebus saja bisa sampai merogoh kocek puluhan ribu rupiah, lah apalagi makan di restoran. Lalu transportasi juga mahal. Ya iya lah, bensin disana harganya bisa berkali-kali lipat di Jawa. Jadi, sewaan motor, mobil atau perahu ya pasti mahal juga.

Jadi, buat kaum pas-pasan seperti aku ini yang nyisihin anggaran buat traveling harus bersaing dengan berbagai macam cicilan dan kebutuhan, ongkos  ke Papua masih jauh dari jangkauan.

Dengan demikian, agar supaya keindahan Papua tak hanya dinikmati wisatawan mancanegara atau orang kantong tebal saja, tolong Pak Jokowi, buat ongkos ke Papua bisa terjangkau. Bantulah kami yang pas-pasan tapi tetap pengen jalan-jalan kesana ini. Sudah bagus, harga bensin di Papua katanya sekarang sudah sama dengan di Jawa. Lanjut lagi, infrastruktur harus dibenahi, jalan, jembatan, bandara, pelabuhan harus bagus. Kalau transportasi sudah mudah dan murah, biaya yang lain juga pasti akan lebih rendah. Jadikan pariwisata sebagai pintu masuk untuk melakukan berbagai pembangunan di Papua.

Kemudian, Papua itu alamnya, budayanya, tradisinya dan keunikanya yang menjadi daya tarik, kembangkanlah itu. Berikan insentif, bantuan, kemudahan, dukungan kebijakan bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi wisatanya. Ndak usah neko-neko bikin wisata macem-macem, sudah, ekowisata saja kalau di Papua. Alam yang lestari, budaya dan tradisi yang terjaga dengan baik plus keramahan khas Papua saja sudah jaminan untuk menarik berjuta wisatawan kesana. Aku  yakin, masa depan Papua adalah sektor pariwisata, lebih tepatnya ekowisata.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline