Akil Mochtar, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi yang kini menjadi pesakitan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ternyata pelit bin medit. Mantan politisi Partai Golkar itu ketahuan, selain rakus juga ogah bagi-bagi uang ‘haram’nya dengan koleganya. Wah.. wah..
Hal itu terungkap dari percakapan via pesan pendek antara Akil dengan Chairun Nisa, perantaranya dalam kasus suap penanganan perkara di MK dari Hambit Bintih, Bupati Gunung Mas, Kalimantan Tengah. Situs tempo.co mengungkap percakapan Akil, dua kali menolak permintaan Chairun Nisa yang meminta bagian atau fee dari uang korupsi.
Berikut percakapanya :
24 September 2013 Nisa: Pak akil, sy mau minta bantu nih..untk (untuk) gunung mas. Tp (tapi) untuk incumbent yg (yang) menang
Akil: Ya pokoknya siapkan 3 ton deh emasnya ya, itu paling kurang
Nisa: Ya..ok..ntar aku bawa truk untk ngangkutnya ya..he..he..
Akil: 3 M (Rp 3 miliar) maksudnya
Nisa: Ya akan sy (saya) sampekan (sampaikan).tp bagi dua ya. He..he..
Akil: Itu kurang, kl (kalau) satu-satu ya 9 M (Rp 9 miliar)
26 September 2013 Nisa: ok deh bsk (besok) sy (saya) coba bicara dg (dengan) beliau (Hambit). Tp (tapi) pak akil kasih aku fee ya...ongkos bawa nya...
Akil: Emangnya belanja? , gawat nih, minta sama dia (Hambit) donk (dong) kan dia minta tolong sama ibu, dan dia ngomong sendiri ke aku lewat ibu aja katanya
Nisa: He..he.. becanda kok pak..
(selengkapnya di sini)
Bukti ‘rakus’nya Akil juga terungkap dari percakapannya dengan Ketua DPD Partai Golkar Jawa Timur, Zainudin Amali. Akil bahkan sampe Nge-PING via BlackBerry Messenger karena tidak sabar pesanya soal permintaan ‘logistik’ untuk mengamankan hasil pilkada Jawa Timur tak kujung berbalas.
Akil : "Eksekusi langsung. Oke tunggu kontak dari saya. Di mana,"
Akil : PING!.
Zainudin membalas dengan menyebut posisinya di Menteng, Akil meminta bertemu saat itu juga. "Bisa ketemu saya skrg (sekarang) ke rumah. Darurat. Kl (kalau) gak, diulang nih Jatim," kata Akil.
Zainudin pun menyanggupi, "Baik Bang, segera Sy (saya) ke sana," kata Zainudin.
(sumber)
Memang, korupsi berakar dari kerakusan dan ketamakan. Kurang apa coba pejabat negara sekelas Akil yang menduduki jabatan prestisius, Ketua Mahkamah Konstitusi. Gajinya tentu saja besar, belum tunjangan ini dan itu. Semua kebutuhanya pun sudah dicukupi negara. Ia masih saja bernafsu menumpuk harta yang jelas-jelas bukan haknya dengan berbagai cara. Tak mau bagi-bagi pula… Akhirnya, Akil ketahuan juga. Ia pun harus merasakan dinginya di penjara. Uang yang ditumpuknya tak berarti apa-apa. Kini vonis puluhan tahun menantinya.
Mau contoh lain? Ada Ketua SKK Migas Rubi Rubiandini yang bergaji dari negara 250 juta. Belum lagi kedudukanya sebagai komisaris Bank Mandiri yang katanya berhonor 50 juta. Total jenderal 300 juta hanya dari gaji resminya yang berasal dari uang rakyat. Belum tunjangan dan honorarium lainya. At least, dia sudah tergolong orang yang tajir pastinya. Eeh, masih aja menyalahgunakan kekuasaanya untuk korupsi. Apa coba kalau bukan rakus bin tamak namanya?
Angelina Patricia Pingkan Sondakh, mantan Putri Indonesia yang ketahuan korupsi itu juga bukan wanita yang kekurangan materi. Meski ditinggal suami, Ia adalah anggota DPR bergaji dan bertunjangan besar. Ia juga mantan Puteri Indonesia yang pasti masih laku di layar kaca. Toh semua itu masih kurang.
Ah, semoga itu menjadi pelajaran bagi kita semua. Jangan rakus terhadap harta yang bukan haknya. Apalagi tak mau bagi-bagi pula… Ya Allah, Berilah saya kemudahan mencari rejeki yang banyak dan halal. Semoga kalau sudah dikasih saya juga tak pelit bagi-bagi. Amin..
Sumber Foto : tempo.co
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H