Hampir semua orang suka ngemut permen atawa kembang gula, minimal waktu kecil lah. Nah, Purbalingga, kota saya juga produsen permen yang cukup terkenal lho, Permen Davos. Namanya keren kan?
Konon katanya si empunya pabrik memberi nama Davos dari sebuah kota peristirahatan di Swiss yang hawanya 'suwejuk'. Nama itu dipilih untuk menggambarkan rasa permen itu yang memang sejuk dan 'semriwiiinggg' itu.
Permen DAVOS di produksi oleh PT Slamet Langgeng yang terletak di Kandang Gampang, dekat Pasar Lama Purbalingga. Nama Slamet diabadikan dari nama Gunung Slamet yang tinggi menjulang di wilayah kota itu sedangkan 'langgeng' berarti abadi.
Permen DAVOS sudah diproduksi sejak tahun 1931 oleh Siem Kie Djian. Jadi, Kalau diitung-itung berarti sudah berumur 90an tahun.Saat ini, perusahaan produsen permen Davos dipimpin oleh Budi Handojo Hardi yang merupakan generasi ketiga dari perusahaan tersebut.
Permen davos dikemas dalam bungkus yang khas berwarna biru tua dengan tulisan warna putih mencolok. Sejak jaman dulu hingga sekarang kemasan itu tak berubah, ya begitu itu. Warna, ukuran, desain dan rasanya tetap dipertahankan hingga kini. Setiap bungkus terdapat sepuluh buah permen berwarna putih berbentuk bulat dan padat. Di komposisinya tertulis : gula, stearic acid, dextrin, gelatin, menthol dan pepermint oil. Di bungkus luarnya tertulis : Davos Pepermint, Extra Strong Permen.
Untuk bertahan dipasaran, Davos mengembangkan varian lain yang lebih "up to date". Misalnya, dibungkus dengan wadah kotak kardus kecil dengan permen yang bentuknya lebih kecil, seperti tablet obat. Produk ini tenar di era 90an, jaman saya kecil. Saya suka menggunakan bekas bungkus permen davos buat mainan karena bisa berbunyi seperti sempritan.
Nah, Karena diproduksi di Purbalingga, tentu saja permen ini sangat familiar bagi daerah 'Plat R'. Permen ini juga sering kali menjadi bekal bagi para petani untuk mengolah sawahnya. Jadi, saat musim tanam atau panen tiba permen ini sudah pasti laku keras. Pun, ketika musim haji tiba, permintaan permen Davos meningkat karena jamaah haji asal menggunakanya untuk bekal di pesawat dan dinikmati ketika berada di tanah suci...
Kini, meski peredarannya terbatas dan tidak pernah memasang iklan, permen ini tetap langgeng. Davos pun tetap menjadi kebanggaan warga Purbalingga.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H