Lihat ke Halaman Asli

Igoendonesia

TERVERIFIKASI

Catatan Seorang Petualang

Kala Politisi Adu Puisi

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

139640450868197588

Ada fenomena menarik dalam hajatan pesta demokrasi kali ini. Kampanye para politisi tak hanya menghadirkan perang kata-kata, slogan dan janji-janji politik. Para politisi juga saling sindir. Uniknya, medianya tak cuma lewat orasi mengebu-gebu tetapi juga melalui puisi. Sesuatu yang jarang terjadi, politisi beradu puisi.

Pelakunya kali ini tokoh dua partai yang dulunya merupakan kawan seiring dalam bingkai oposisi, yaitu, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) diwakili oleh Fadi Zon, wakil ketua umum dan PDI Perjuangan membalas lewat Fahmi Habsyi, politisi muda banteng moncong putih.

Retaknya hubungan antar dua partai menjadi pangkal persoalan penyebab dan topik perang puisi itu. Gerindra merasa dikhianati dengan langkah Megawati Soekarnoputri memberikan mandat kepada Joko Widodo untuk nyapres. Padahal, dulu Mega dan Prabowo Subianto bergandengan tangan untuk merebut kursi RI 1 dan RI 2. Tahun ini, seharusnya gentian PDI perjuangan yang seharusnya mendukung Prabowo menjadi presiden. Begitu katanya tertuang dalam perjanjian Batu Tulis

Mega dan Jokowi menjadi sasaran puisi-puisi Fadli. Sementara, Fachmi menyerang balik dengan membuat puisi satir menyerang Prabowo.

[caption id="attachment_318123" align="aligncenter" width="300" caption="Perang Puisi Fadli Zon vs Fachmi Bascyi (www.inilah.com)"][/caption]

Berikut puisi-puisi Fadli dan Fahmi:

Pertama, Fadli menyerang melalui puisi berjudul ‘Air Mata Buaya’. Puisi ini menggambarkan paradoksal kelakuan seseorang yang bermuka dua, pengkhianat yang bermuka malaikat. Fadli secara tersirat menampakan kegeraman kepada sosok yang digambarkanya dalam puisi ini. Anda bisa menebak kan siapa tokoh yang ingin diserangnya?

AIR MATA BUAYA

Kau bicara kejujuran sambil berdusta
Kau bicara kesederhanaan sambil shopping di Singapura
Kau bicara nasionalisme sambil jual aset negara
Kau bicara kedamaian sambil memupuk dendam
Kau bicara antikorupsi sambil menjarah setiap celah
Kau bicara persatuan sambil memecah belah
Kau bicara demokrasi ternyata untuk kepentingan pribadi
Kau bicara kemiskinan di tengah harta bergelimpangan
Kau bicara nasib rakyat sambil pura-pura menderita
Kau bicara pengkhianatan sambil berbuat yang sama
Kau bicara seolah dari hati sambil menitikkan air mata
Air mata buaya

Fadli kembali bersyair. Dalam karya keduanya ini, tangan kanan Prabowo ini jelas-jelas ingin menyerang Jokowi. Gubernur DKI itu digambarkan sebagai ‘ikan merah, kerempeng nan lincah’. Disukai banyak orang, tapi hanya cocok tinggal di akuarium saja. Ikan merah itu akan menjadi santapan ikan-ikan buas ketika coba-coba masuk ke dalam lautan luas.

[caption id="attachment_318138" align="aligncenter" width="300" caption="Finding Nemo, Ikan kecil vs Hiu Predator (www.orgsociety.org)"]

1396405337233598662

[/caption]

Ini puisinya :

SAJAK SEEKOR IKAN

Seekor ikan di akuarium
Kubeli dari tetangga sebelah
Warnanya merah
Kerempeng dan lincah

Setiap hari berenang menari
Menyusuri taman air yang asri
Menggoda dari balik kaca
Menarik perhatian siapa saja

Seekor ikan di akuarium
Melompat ke sungai
bergumul di air deras
Terbawa ke laut lepas

Di sana ia bertemu ikan hiu, paus dan gurita
Menjadi santapan ringan penguasa samudera

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline