[caption caption="Heli Superpuma Sinar Mas Forestry Selasa (8/3/2016) melakukan Water Bombing pada lokasi kebakaran di dekat Bandara Pinang Kampai, Dumai (Sumber: pekanbaru.tribunnews.com)"][/caption]Meski belum sampai menimbulkan bencana kabut asap tingkat ekstrem, Plt Gub Riau Andi Rachman pada Senin (7/3/2016) telah menetapkan siaga darurat kebakaran lahan dan hutan (Karlahut) selama 3 bulan ke depan.
Dengan ditetapkannya status darurat ini, maka koordinasi dengan kabupaten/kota yang terbakar akan ditingkatkan. Sebelumnya tiga daerah di Riau sudah menetapkan status darurat asap. Tiga daerah itu Kabupaten Bengkalis, Meranti dan Kota Dumai. Andi juga meminta segenap elemen masyarakat mulai dari TNI, Polri, pemerintah dan perusahaan harus turut ambil bagian dalam mencegah semakin meluasnya karlahut.
Jelang berakhirnya musim penghujan 2016, Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI) memastikan seluruh anggotanya untuk menyiapkan upaya pencegahan dan pengendalian kebakaran lahan dan hutan. Langkah yang harus dilakukan termasuk manajemen tata air di lahan gambut, membangun sistem deteksi dini dan menyiapkan perangkat pengendalian kebakaran.
Salah satu perusahaan yang memiliki komitmen dalam menjaga kelestarian alam dan menjegah terjadinya karlahut di Riau yakni PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) telah mempersiapkan beberapa cara untuk mengantisipasi terjadinya kebakaran dan berfokus pada upaya antisipasi kebakaran (fire prevention).
Fire and Aviation Manager RAPP, Yuneldi menyampaikan bahwa saat ini RAPP memiliki sebanyak 700 personel Fire Fighter yang tersebar di 12 estate dengan peralatan pemadam kebakaran yang lengkap. Personel Fire Fighter ini melakukan pemantauan rutin dan saksama dalam upaya mencegah munculnya titik api baik di area konsesi perusahaan maupun area milik warga.
Direktur RAPP, Rudi Fajar mengatakan pihaknya terus mengajak masyarakat untuk mencegah Karlahut melalui program Desa Bebas Api dan Masyarakat Peduli Api. Dijelaskannya, program Desa Bebas Api yang telah diselenggarakan sejak tahun 2014 ini awalnya hanya diikuti oleh 5 desa, kemudian di tahun 2016 berkembang menjadi 20 desa dari 5 kabupaten dengan insentif sebesar Rp 100,- juta bagi desa yang berhasil menjaga lahannya dari kebakaran.
Rudi Fajar juga menyampaikan bahwa RAPP terus berusaha mencegah karlahut dengan menggandeng pihak TNI/POLRI, pemerintah, dan masyarakat salah satunya dengan membuat sekat kanal dan embung yang berfungsi sebagai pengatur tinggi permukaan air agar lahan tidak kering.
Pangdam Bukit Barisan/I, Mayjend TNI Lodewyk Pusung menilai upaya yang dilakukan RAPP dalam membuat embung sangat bagus dan mampu menjadi percontohan bagi perusahaan lain.
"Embung ini sangat menarik, semakin banyak semakin bagus, RAPP punya 158 embung, ini luar biasa, saya berharap TNI dan masyarakat perlu mencontoh RAPP termasuk perusahaan-perusahaan lain yang beroperasi di Riau," kata Pangdam
RAPP tidak sendirian. Perusahaan HTI lain seperti APP - Sinar Mas Forestry juga telah melakukan upaya optimal dengan Program Desa Makmur Peduli Api, pembuatan embung air untuk mempertahankan kelembaban lahan gambut, serta pengoperasian helikopter (satu jenis superpuma) untuk water bombing dalam upaya pemadaman karlahut di Dumai.
Selain karena anomali cuaca, terjadinya Karlahut di sejumlah kawasan di Riau juga diakibatkan kesengajaan pembakaran dengan motif land-clearing. Hal ini terjadi di Siak, di mana sejumlah tersangka pembakaran lahan sudah ditangkap.