Lihat ke Halaman Asli

Tukang Pijat Tuna Netra tanpa Kacamata Hitam............

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

17 mei 2011

berjalan dengan dituntun sebuah tongkat, menuju rumah para pelanggan yang setia menunggunya..begitulah kira-kira rutinitas keseharian pak thamrin, si tukang pijat tuna netra.
kalau biasanya tukang pijat tuna netra berkeliling ke kompleks-kompleks perumahan untuk menwarkan jasanya, maka pak thamrin ini berbeda. ia siap datang memenuhi panggilan pasiennya hanya dengan dihubungi lewat handphone dan tentunya bukan melalui pesan (text atau sms). selain menawarkan jasanya sebagai tukang pijat, ia juga punya usaha lain, yaitu berjualan keripik. jadi sembari ia berjualan keripik dagangannya, ia pun bisa menawarkan jasanya pijatnya.


jangan ditanya bagaimana caranya ia bisa berkeliling tanpa adanya indera penglihatan, karena saya juga dari dulu masih bertanya-tanya. mungkin saja tongkat ajaib itu yang menjadi kuncinya..tongkat ala tuna netra yang bisa dilipat-lipat dan dimasukkan kedalam tas. kalau anda pernah melihat sepeda lipat, ya seperti itulah sistem kerjanya.


kalau biasanya tukang pijat tuna netra identik dengan kacamata hitamnya, pak thamrin pun tidak memakainya. entah apa alasan beliau, mungkin saja ia belum sempat membeli kacamata itu atau ia merasa bangga akan apa yang diberikan oleh Tuhan kepadanya.


pak thamrin pernah bercerita mengapa ia bisa menjadi buta seperti sekarang ini. tentu saja ia tidak bercerita kalau tidak ditanya. siapa lagi yang bertanya kalau bukan si ibu yang hobinya menginterogasi orang-orang yang baru datang ke rumah, maklum saja beliau seorang guru. ternyata, kondisi matanya yang seperti sekarang ini bukan karena bawaan dari lahir, tapi karena suatu kecelakaan yang dialaminya pada saat usianya masih anak-anak. waktu itu ia dan bapaknya ke hutan/kebun dan tanpa sengaja matanya tertusuk oleh batang/ranting pohon. dan mulai saat itulah matanya tidak normal lagi.


tapi, thamrin tak putus asa. ia mampu bertahan hidup dan menjalani hari-harinya. kini, ia tinggal di suatu panti tunan netra di daerah antang (samping TPA Antang), tempat dimana ia dibina dan dapat berkumpul bersama temannya yang bernasib sama,dan tentunya seorang isteri yang setia mendampinginya.


oh iya, sedikit tentang isteri beliau. isteri pak thamrin adalah seorang tuna netra juga, dan kerap kali memenuhi panggilan isteri dari langganan pak thamrin..
so, hidup ini indah kawan…keterbatasan bukan menjadi halangan buat pak thamrin,isterinya, dan teman2nya yang lain…

kalian semua bisa melihat...

sekaligus tidak bisa melihat....

hanya tuhan yg aku dambakan....

hanya tuhan yg nama-Nya aku seru......




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline