Dua hari menjelang ulang tahun di usia tak lagi remaja, tepatnya pada tanggal 20 November 2020. Ada notifikasi email yang membangkitkan selera berkarya membuat konten ditengah bekerja sebagai copywriter di perusahaan swasta Surabaya.
"Hai Iftitah. Pak Mamat beli kaos di pasar Sukabumi...SELAMAT KAMU LOLOS MENJADI FINALIS AKADEMI 202O". Kami mengucapkan terima kasih karena kamu sudah ikut berpartisipasi dalam Kompetisi Digital AkadeMI 2020. Sebagai syarat menjadi finalis, kami ingin mengkonfirmasi kesediaan kamu untuk mengikuti rangkaian Online Class dan Aksi Keberlanjutan AkadeMI 2020."
AkadeMI 2020 merupakan kompetisi para content creator dari 7 kategori: Foto, digital poster, video, video animasi, podcast, komik dan esai. Event bergengsi taraf nasional ini mengangkat tema pesan toleransi dalam islam dengan tagline, "Berbeda Bersama, Berbeda lewat karya, Bersama menjaga bangsa".
Event ini diselenggarakan oleh Milenial Islam. Milenial Islam merupakan komunitas yang didirikan oleh kak Ayu Kartika Dewi (Staf Khusus Presiden) yang concern di isu toleransi.
Di AkadeMI 2020 aku mengirimkan esai yang berjudul "Lasem, Daerah Kecil yang Mengajarkan Toleransi Agama". Terharu ternyata lolos seleksi 20 besar esai terbaik. Padahal tahun 2018 aku pernah ikut lomba membuat esai toleransi di Milenial Islam, tapi gagal. Puji syukur ini menjadi kado terindah di hari ulang tahunku, 22 November 2020.
Sebenarnya berharap banget event ini berlangsung di Jakarta supaya bertemu langsung dengan teman se-Indonesia dan kak Ayu. Tapi gara-gara Corona, harus dilaksanakan secara virtual, padahal ingin sekali berkunjung ke Jakarta secara gratis gitu hehe.
Selama 8 hari rutin mengikuti online class Milenial Islami karena tema dan narasumbernya kece abis. Dan lebih serunya di akhir acara ada Aksi Keberlanjutan bertema "Konten Ala Gue", ini wort it karena di OCA ini (Online Class Akademi) tidak hanya memungut ilmu dari para ahlinya namun langsung diaplikasikan untuk melahirkan karya berdampak bagi toleransi Indonesia. Beneran terasa Ilmu, Iman, Amalnya deh.
Realita tak biasa yang menumbuhkan rasa toleransi