Lihat ke Halaman Asli

Ifonny Pasongli

Psikolog Klinis

Dengarkan Curhatku

Diperbarui: 29 Maret 2023   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

"Ah, kamu lebay deh. Kayak gitu aja kok dianggep masalah."

"Lembek banget sih jadi orang. Masalahmu gak seberapa. Aku pernah ngalami yang lebih berat dari itu, tapi aku baik-baik aja."

"Cowok kok galau".

 "Cowok kok nangis, pake rok aja sana!"

Pada akhirnya...


"Aku malu untuk cerita, teman-teman pasti ngetawain aku"

"Kalo aku nunjukin perasaan sedihku, nanti aku teman-teman ngebully aku"

"Gak ada yang bisa memahami perasaanku"

"Gak ada lagi yang peduli sama aku. Lebih baik aku mati saja."

Kisah-kisah seperti ini hampir setiap hari saya dengarkan dari pasien yang berkunjung ke poli psikologi. Rentang usianya pun beragam, mulai dari anak, remaja, dan dewasa awal, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka benar-benar merasa sudah putus asa dan tidak ada harapan lagi, ada yang sudah pernah melakukan self-harm atau menyakiti diri sendiri untuk mengalihkan emosi yang dirasakan bahkan memiliki pemikiran-pemikiran untuk bunuh diri. Namun, di kondisi seperti itu mereka tidak mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan. Mereka hanya bisa memendam sendiri perasaannya karena mereka merasa tidak ada lagi yang peduli. Mereka semakin menarik diri dan tidak tidak mau menceritakan masalahnya karena ketika mereka bercerita, yang mereka dapatkan bukan support tapi justru ceramah, dan ejekkan yang membuat mereka semakin down, bahkan tidak jarang malah jadi adu nasib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline