Sebagian orang baik laki-laki atau perempuan terkadang terjebak dalam “kisah cinta masa lalu”. Kisah cinta masa lalu yang membawanya melayang setinggi-tingginya dan memberikan kebahagiaan walaupun terkadang semu dan sementara.
Ada tiga kisah seorang perempuan yang mengalami hal tersebut, sebut saja namanya Mahira (part 1), Marsya (part 2) dan Meisya (part 3). Mereka sempat terjebak dengan kisah tersebut, namun berusaha bangkit dan berjuang demi keutuhan rumah tangganya. Tak mudah memang, semua butuh proses, waktu dan perjuangan.
Kisah Mahira
Mahira melalui masa-masa manis dengan pasangannya, banyak hal telah ia lewati bersama suaminya, bahkan ketika dokter memvonis harapan untuk memiliki momongan sangat kecil, ia dan suami tetap bertahan dan berjuang bersama-sama melewati masa-masa pahit tersebut.
Sebelum menikah Mahira menjaga dirinya tak tersentuh oleh pria-pria yang menyukai dirinya, termasuk ketika memutuskan menikah dengan suaminya sekarang. Mahira terdidik dari keluarga yang memiliki benteng agama yang sangat kuat. Sehingga hanya setelah menikah untuk pertama kalinya dia disentuh oleh pria yang tak lain adalah suaminya.
Sampai suatu ketika menjelang usia pernikahannya menginjak 20 tahun, dia dipertemukan kembali dengan teman masa kecilnya dulu, yang sekarang sama-sama sudah memiliki kelurga. Waktu terus bergulir intensitas komunikasi mereka berdua teramat sangan baik walaupun hanya dalam dunia maya, pertemuan demi pertemuan sering dilakukan baik ketika reuni ataupun kegiatan lainnya.
Dalam sebuah percakapan terungkap bahwa ternyata dahulu mereka saling mengagumi lebih tepatnya dari sejak dulu mereka sebenarnya saling jatuh hati, namun satu sama lain tak pernah saling mengungkapkan. Rasa saling mengagumi terus berlanjut dan tak terasa rasa yang dulu pernah ada kini muncul kembali dihati keduanya.... mereka seperti jatuh cinta untuk kedua kalinya.
Rasa cinta dan rasa rindu sering memenuhi kalbu Mahira, dan air mata pun tak terbendung ketika rasa rindunya muncul pada sosok cinta masa kecilnya. Pertemuan demi pertemuan sering mereka lakukan, walaupun pertemuan itu tak pernah sampai melampaui batas. Mereka sadar bahwa yang mereka lakukan amat sangat salah dan telah mengkhianati pasangan masing-masing. Namun rasa cintanya terus menggelora dan membuat dirinya seperti remaja yang sedang jatuh cinta. Rasa bahagia memenuhi hari-hari Mahira membuat dirinya lupa bahwa tak seharusnya dia merasakan perasaan itu, perasaan cinta pada bukan pasangan yang halal.
Perhatian demi perhatian Mahira berikan pada sosok cinta masa kecilnya, tak ada lagi rasa sungkan untuk mengukapkan rasa cinta dan rindu yang ia rasakan, semua terasa indah. Sebaliknya sosok pria itupun memenuhinya hati Mahira dengan kebahagiaan, merasakan rasa cinta dan rindu yang sama.
Mahira dan sosok pria itu sama-sama memiliki benteng agama yang sangat kuat, namun itu semua tak mampu menahan rasa yang mereka berdua rasakan. Walaupun pertemuan demi pertemuan sering mereka lakukan, namun tak pernah sekalipun mereka melakukan perbuatan yang “jauh”, intinya mereka masih bisa menahan dirinya masing-masing.
Sosok pria itu menginginkan Mahira menjadi istrinya, dan meminta Mahira bercerai terlebih dahulu dengan suaminya baru setelah itu dia yang akan menceraikan istrinya. Mahira merasa sangat bingung, karena dia sebenarnya sangat mencintai pria masa kecilnya namun sekaligus tak ingin kehilangan suaminya yang telah mendampinginya selama hampir 20 tahun.
Mahira tak pernah lelah untuk berdoa bagi hubungan rumah tangganya, dan berdoa untuk kebahagiaan teman masa kecilnya. Teman masa kecilnya yang takakan pernah ia bisa miliki seutuhnya. Teman masa kecil yang membawa kebahagiaan bagi dirinya, teman masa kecil yang hampir 4o tahun ini mengatakan mengagumi dirinyan bahkan walaupun sudah menikah dengan pasangannya , teman masa kecilnya yang tetap menyimpan rasa cinta dan kekaguman pada diri Mahira.
Menjelang perayaan hari pernikahannya yang ke 20 Mahira membuat pesta kejutan kecil bagi suaminya, Mahira sadar masihmenyanyangi suaminya, dan rasa bersalah pun tak henti menyesakkan dadanya. Maafkan aku suamiku...lirih Mahira dalam hati. Tepat di hari perayaan pernikahannya yang ke 20 tahun, sang suami berkata: “terima kasih sudah mendampingiku selama 20 tahun, dan Aku tetap menginginkan engkau menjadi bidadariku tidak hanya di dunia namun di akherat nanti mah”, bisik suaminya. Hati Mahira bergetar, dan buliran air mata pun tak henti mengalir deras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H