Lihat ke Halaman Asli

Ifa Hikmah

Mahasiswa

Sajak Menunggu dalam Diam

Diperbarui: 26 Maret 2022   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menunggu (unplash.com)

Sajak Menunggu Dalam Diam

Ifa Wasiatun Hikmah


Haruskah kutulis sebuah sajak tentang dramatisnya sebuah perpisahan. Tak lama lagi cerita ini akan bermula. Haruskah ada puisi? Ataukah  elegi yang mendayu dayu? 

Aku tak terlalu peduli apa kau merasakannya. Rasa takut kehilangan yang tiba-tiba. Ah bukankah rasa kehilangan cuma milik orang-orang yang memiliki? Lantas mengapa harus takut? Andai aku tau jawabannya. Andai aku tahu pada siapa harus bertanya, selain pada diri sendiri yang tak tau jawabannya: miris. Tidak apa.

Hidup ini penuh duri yang mau tak mau harus dilewati. Tuhan menciptakan kebahagiaan yang rela tak rela kita tunda. Tak perlu menangis. Apalagi tersedu. Memang, terkadang kita butuh waktu. Menguatkan iman memintal dan merajutnya. Hingga tiada yang bisa memutuskannya kecuali Sang Kuasa. 

Maka mari saling nenunggu, tanpa perlu berketuk pintu. Aku menunggu, kamu menunggu. Meski terkadang menunggu menyeret ke titik kata jenuh dan rindu. Tapi, adakah yang lebih indah dan syahdu dari dua jiwa yang saling menunggu? Tak saling menyapa, tapi diam-diam mengucap nama dalam doa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline