Lihat ke Halaman Asli

Ifan Rosiadi

Mahasiswa

Pembangunan Smart Village: Upaya Mengatasi Pembuangan Sampah Sembarangan

Diperbarui: 7 Juli 2021   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bersih-bersih dan Pengumpulan Sampah Organik (dokpri)

Sampah merupakan salah satu permasalahan di dunia khususnya di Indonesia yang tidak ada ujungnya selama beberapa dekade. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan perubahan gaya hidup, masyarakat Indonesia ikut berkontribusi pada meningkatnya jenis dan jumlah sampah. Umumnya terdapat dua jenis sampah, sampah organik dan anorganik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan yang mudah terdekomposisi menjadi bentuk yang lebih kecil. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang berasal dari bahan-bahan yang tidak mudah terdekomposisi, biasanya berupa plastik dan logam.

Menurut tabulasi data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, jenis sampah yang menjadi penyumbang terbesar di Indonesia adalah sampah sisa makanan (39,7%) yang masuk kategori sampah organik. Tetapi, masih ada masyarakat daerah di Indonesia yang belum mengelola sampah dengan baik. 

Salah satunya adalah masyarakat pedesaan. Masyarakat pedesaan pasti menghasilkan sampah dari aktivitas mereka sehari-hari, walaupun jumlahnya tidak sebanyak yang dihasilkan oleh masyarakat perkotaan. Amanat Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah sudah jelas menyebutkan bahwa pengelolaan sampah meliputi kegiatan sistematis, menyeluruh dan berkesinambungan meliputi upaya pengurangan dan penanganan sampah. 

Oleh karena itu, pengelolaan sampah penting dilakukan untuk mencegah dampak negatif yang kemungkinan dapat terjadi, seperti penimbunan sampah yang berakibat bencana banjir dan wabah penyakit.

Desa Cangkringsari yang terletak di Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo selama ini menghasilkan cukup banyak sampah. Namun, belum ada tempat pembuangan dan pengolahan sampah yang baik. Berdasarkan permasalahan tersebut Mahasiswa KKN UM Sidoarjo Kelompok 1 berinisiatif membuat program untuk Masyarakat Desa Cangkringsari dalam pengelolaan sampah, yakni Smart Village. Smart Village merupakan program pengabdian sebagai wujud nyata kepedulian terhadap lingkungan sekitar dengan memanfaatkan potensi sampah yang terdiri dari dua kegiatan, yakni pembuatan pupuk kompos dan Tempat Pembuangan Sampah (TPS).

Kegiatan pertama dilaksanakan pada hari Kamis (17/06/21) yang dimulai dengan pengumpulan sampah organik di lingkungan Desa Cangkringsari. Pengumpulan sampah organik dilakukan oleh Mahasiswa KKN UM. Setelah itu, pada hari Jumat (18/06/21) dilanjutkan dengan pembuatan pupuk kompos dan persiapan untuk pembuatan TPS. Seluruh kegiatan selama pembuatan pupuk kompos didokumentasikan dalam bentuk video. Video tersebut dapat dilihat dikanal Youtube KKN UM Cangkringsari.


Sementara itu, kegiatan kedua yaitu pembuatan TPS dilaksanakan oleh Mahasiswa KKN UM bersama para anggota Karang Taruna Desa Cangkringsari. Kegiatan ini berlangsung selama lima hari, yaitu pada 19, 20, 21, sampai 26 Juni 2021

Harapannya, setelah terlaksananya kegiatan ini, masyarakat Desa Cangkringsari mampu mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos dan dapat mengelola sampahnya melalui TPS, sehingga akan tercipta lingkungan yang bersih dan nyaman. Selain itu, juga dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian masyarakat mengenai pengelolaan sampah.

Tempat Pembuangan Sampah Karya KKN UM (dokpri) 

Redaktur: Dewi Jalinan Izza

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline