Lihat ke Halaman Asli

Ifan Rohimanto

Editor Video

Berpendirian pada Konsep Sendiri, Ini 3 Restoran Jogja yang Idealis

Diperbarui: 13 Juli 2024   13:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sate Ratu / Foto: Instagram.com/sateratu

Idealis, mengacu pada kata ideal, yang berarti keyakinan yang dimiliki seseorang tentang dunia atau konsep yang ideal. Kata ini banyak digunakan untuk menggambarkan sosok yang teguh pada pendiriannya dan memiliki cita-cita tinggi.

Sebenarnya idealis sebagai kata sifat juga dapat disematkan pada sebuah restoran. Ya benar, restoran atau rumah makan dapat disebut idealis lantaran memiliki konsep berbeda yang mengharuskan pengunjung untuk mengikuti aturannya.

Di Jakarta sudah cukup banyak restoran yang menjunjung konsepnya sendiri, walau awalnya banyak mengundang tanya, lama-kelamaan, orang-orang paham juga. Yogyakarta, sebagai kota istimewa, juga punya restoran berkonsep unik dan beda yang idealis.

Kira-kira restoran mana saja di Yogyakarta yang idealis? Lalu apa yang membedakan dengan restoran lainnya?

Sate Ratu

Sate Ratu rasanya memang bukan warung sate biasa. Bentuknya saja bukan seperti warung pada umumnya. Sate Ratu bisa dibilang sebuah restoran sate yang punya konsep idealis, sebab pengunjung datang akan dipandu greeter untuk menempati bangku yang tersedia. Sejak kapan warung sate punya greeter?

Restoran yang terletak di Jl. Sidomukti, Tiyasan, Condong catur ini kerap viral di media sosial. Pantas saja antrinya cukup panjang. Sate Ratu pun menerapkan sistem waiting list yang tertata rapi di area depan restoran.

Uniknya, restoran Sate Ratu tidak menerima reservasi, walaupun dalam grup yang besar. Hal ini disampaikan Budi Seputro, jika menerima reservasi malah akan merugikan pengunjung yang walk in atau datang langsung. Daripada menunggu meja kosong karena reservasi, lebih baik memberikan pada pengunjung yang sudah antri.

Klinik Kopi

Klink Kopi / Foto: Instagram.com/klinikkopi

Klinik Kopi mulai dikenal khalayak umum sejak kemunculannya di film Ada Apa dengan Cinta 2 (2016), di mana Rangga dan Cinta menyesap kopi bersama. Klinik kopi tidak bisa disebut seperti coffeeshop biasa, melainkan slow bar coffee

Konsep slow bar di sini memiliki arti melayani pengunjung satu per satu. Idealisnya, Klinik Kopi hanya menerima 30 pengunjung per harinya. Setiap pengunjung diperkenankan untuk menunggu dahulu sesuai antrian lalu kemudian memasuki area bar tanpa alas kaki.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline