Lihat ke Halaman Asli

"Peduli Anjing!": Manifestasi Paradigma Optimistic Nihilism

Diperbarui: 6 Oktober 2017   03:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Bandung, 1 Januari 2017

Awal tahun selalu merupakan momen yang pas untuk berkontemplasi dan melakukan evaluasi terhadap satu tahun kemarin yang telah dijalani. Dan Januari, memang merupakan titik awal dari menentukan tolak ukur perubahan yang dibuat, sekaligus penguatan nilai-nilai kehidupan dan penentuan "tema" di tahun ini.

Care-dog mindset adalah nilai utama yang aku terapkan selama kuliah, khususnya di tahun ini. Tujuanku untuk kuliah adalah mencari pengalaman sebanyak-banyaknya, baik itu travelling,mencari teman, mencoba organisasi, membuat proyek, dan sebagainya, pada dasarnya memang aku ingin mencari banyak pengalaman saat kuliah, pengalaman-pengalaman yang baru tentunya.

Namun pastinya ada hal yang akan menyulitkanku untuk mencari pengalaman baru. Beberapa di antaranya adalah karena takut dan ragu. Sebetulnya dua hal ini merupakan masalah utama yang membuatku kadang tidak berani mencoba dan membuat hal baru. Oleh karena itu, tentu perlu ada solusi akan hal ini.

Solusinya adalah care-dog mindset. Care-dog mindset, secara bahasa artinya adalah peduli anj*ng mindset. Mungkin terkesan kasar, namun paradigma inilah sebetulnya yang menjadi solusi untuk permasalahan takut dan ragu dalam mencoba atau mencari hal baru. Mindset inilah yang membuatku berani untuk melakukan hal yang kebanyakan orang tidak berani coba lakukan. Seperti memilih SBMPTN dan memasang UI sebagai target, mencalonkan diri menjadi ketua angkatan, menjadi ketua pelaksana RUGTS (Roadshow Urban Goes to School), mencoba ikut dan mengubah organisasi nasional, ikut banyak lomba, travelling dengan impulsif, dan segala hal baru dan besar lainnya.

Care-dog mindset pada dasarnya adalah mindset di mana aku sama sekali tidak mempedulikan outcome/hasil dan konsekuensi apa pun yang terjadi dari tindakanku, namun tetap mencoba sekeras mungkin untuk menghasilkan yang terbaik sambil menikmati proses dari tindakan yang aku lakukan.

Misalnya, ketika mencoba menyalonkan diri menjadi ketua angkatan, muncul berbagai keraguan, salah satunya adalah takut tidak berhasil/gagal, takut nanti mengacaukan angkatan, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Akan tetapi, dengan care-dog mindset, aku mencoba untuk tidak peduli dengan apapun hasilnya. Itulah yang membuatku menciptakan proyek besar di angkatanku tanpa disuruh, seperti A.P.A 15th Edition dan MPKT-A yang keduanya merupakan inovasi besar-besaran yang mungkin banyak orang awalnya tidak percaya dengan terwujudnya dua hal tersebut.

Care-dog mindset juga bukan berarti tidak berusaha keras untuk menghasilkan outcomeyang baik, kunci dari care-dog mindset adalah tetap mencoba sekeras mungkin sambil menikmati prosesnya, tanpa sibuk melihat atau memikirkan hasil saat sedang menjalankan atau mencoba pertama kali tindakan yang kita lakukan.

Ya, care-dog mindset memang bukanlah mindset yang irasional dan sepenuhnya mengabaikan hasil. Justru ini adalah mekanisme pertahanan agar aku tetap berani mengambil risiko sambil menghasilkan hal hebat. Care-dog mindset tetap melihat berbagai konsekuensi buruk yang terjadi, karena mindset ini akan menyadarkan kita terhadap konsekuensi TERBURUK yang akan terjadi. Dengan mindset ini, setiap akan melakukan sesuatu aku pasti akan selalu bertanya, "apa sih konsekuensi terburuk yang akan terjadi dari tindakanku kali ini?". Jika memang konsekuensinya tidak sampai membuat keburukan yang permanen, aku pasti akan melakukan tindakan itu.

Konsekuensi seperti jatuh miskin, ditolak, dicaci, dimusuhi, dan dimaki orang bukan merupakan konsekuensi yang permanen. Namun ini yang biasanya orang takuti, takut untuk membuat bisnis dengan mempertaruhkan harta, takut untuk mencalonkan diri menjadi ketua, takut untuk menghasilkan hal baru, dan sebagainya. Dengan care-dog mindset, aku tidak pernah takut dengan konsekuensi-konsekuensi seperti itu. Itulah kerennya paradigma ini. Dan paradigma ini terus mengakar dan membangun diriku dari tahun ke tahun.

Ifandi Khainur Rahim

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline