Februari -- Maret
Mungkin kalau dikatakan oleh atasan bahwa aku adalah bawahan yang paling banyak omong, maka hal tersebut sama sekali merupakan hal yang tepat. Di awal kepengurusan, bahkan sampai sekarang, aku terus menerus mengingatkan dan mendorong atasanku, yaitu Tim Inti BEM F. Psi UI untuk aktif di ILMPI (Ikatan Lembaga Mahasiswa Psikologi Indonesia), khususnya di tahun ini, karena aku tidak ingin UI sebagai universitas besar yang sudah cukup kuat dalam kegiatan berorganisasinya tidak membagikan kebermanfaatan bagi universitas lain yang mungkin butuh banyak belajar.
Singkat kata, memang banyak sekali agenda di ILMPI yang cukup malesin untuk diikuti. Bukan apa-apa, selain lokasinya yang biasanya jauh, biaya yang harus dikeluarkan pun tidak sedikit. Belum lagi biasanya waktu agendanya yang tidak sebentar. Inilah yang membuat banyak orang, termasuk aku sendiri, malas untuk ikut. Namun apa daya, aku selalu memaksakan untuk ikut agenda tersebut. Aku pikir, saat ini ILMPI sedang butuh UI agar bisa lebih berkembang, maupun sebaliknya, UI butuh ILMPI untuk membuat kebermanfaatan yang lebih besar.
Sejak saat itu, aku pun selalu sigap dan update setiap ada kegiatan di wilayah dua yang melibatkan delegasi dari UI. Kebetulan di bulan Februari muncul undangan kepada email BEM F. Psi UI untuk mengikuti Mukerwil (Musyawarah Kerja Wilayah). UI memang sudah skip (tidak hadir) di beberapa agenda ILMPI, beberapa di antaranya adalah pramukernas dan pramukerwil (kalau tidak salah). Dan tentu mendengar hal itu, aku langsung mengajak dan terus menerus mengingatkan anak BEM. Syukurlah, saat aku mengajak untuk ikut di agenda ini, ternyata Tim Inti BEM F. Psi UI sendiri sudah menyiapkan perwakilan delegasi, yaitu Nabila dari angkatan 2014.
Tanpa ragu, aku masih sangat ingat sekali langsung mengirim chat LINE ke Nabila secara personal: "Besok sama siapa ke Jakarta? Mau ditemenin gak?". Mungkin chat tersebut terkesan sederhana, tapi menurutku kalimat tanya itu cukup bermakna. Ya, kalimat sederhana ini adalah kalimat yang mengubah segalanya, mulai dari kehidupan personalku sampai kehidupan berorganisasi di kampus yang akhirnya penuh dengan agenda ILMPI sekarang. Kalimat sederhana yang kurasa menjadi awal dari semua petualanganku di ILMPI di tahun 2017.
Mukerwil pun berjalan. Dari sana, menurutku harapanku terwujud. Hasilnya memuaskan karena UI berhasil memasang delegasinya (Mia) menjadi koordinator badan informasi dan komunikasi (BANINFOKOM) di wilayah dua. Which is great! Dengan tangis harunya, akhirnya ia bersedia berjuang lagi di BANINFOKOM. Dan menurutku, hal ini bisa terjadi salah satunya adalah karena kedatanganku dan Nabila yang menemani Mia sebagai perwakilan pengurus di Mukerwil ILMPI Wil. 2. Ya, inilah caraku mengatakan bahwa dia tidak sendiri di ILMPI. Tahun ini adalah tahun di mana UI harus menghasilkan perubahan nyata di ILMPI, semoga!
September
Tidak terasa sekarang sudah bulan September, yang berarti dalam waktu dekat akan diadakan Rapat Koordinasi Nasional ILMPI. Banyak hal yang sudah kualami di organisasi besar ini, apalagi saat pulang Mukernas aku membawa jabatan besar. Ya, Koordinator Badan Pengembangan dan Pengkajian Keilmuan, itu pun bukan tingkat wilayah, namun tingkat nasional! Bukan hanya itu, UI di tahun 2017 ini berhasil memasang 5 perwakilan pengurus di ILMPI. Siapa yang menyangka jaket kuning sekarang akan memenuhi ruangan rapat ILMPI? ;)
Mungkin banyak orang yang mengatakan bahwa aku gila dan terlalu terobsesi untuk memperjuangkan ILMPI di UI. Sampai-sampai memaksakan untuk membuat agenda presentasi ILMPI saat rapat tertutup BEM yang mungkin seharusnya hanya membahas program kerja BEM. Tidak lupa juga membuang-buang uang untuk pergi ke Sumbawa (dan Samarinda kalau jadi). Ya, sekarang aku pun sepertinya sudah terbiasa dibilang gila oleh orang-orang.
Apalagi semenjak di ILMPI, aku sekarang mengambil tiga buah jabatan sekaligus. Sudah jadi Ketua Angkatan di Fakultas, Kadept. Kastrat di BEM, sekarang ada lagi ini, menjadi koordinator BPPK Nasional di ILMPI yang membawahi 7 wilayah dari Sabang sampai Merauke. Dan uniknya, semua itu berawal hanya dari sebuah pertanyaan kecil.
"Mau ditemenin gak?"