Kemarin malam (5 September 2016), saya tertawa lebar (baca: ngakak) ketika melihat video propaganda dari seorang aktivis mahasiswa GEMA pembebasan UI tentang kampanyenya agar tidak memilih Ahok. Salah satu alasannya adalah karena Ahok merupakan pemimpin kafir, yang selain kafir juga telah menzolimi rakyat DKI Jakarta.
Saya terus mengulang-ulang video tersebut sambil berkontemplasi, sampai pada akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan bahwa....
Kampanye ini HARUS segera berhenti!
Bukan, bukan karena saya adalah fans Ahok. Di tulisan ini saya tidak akan membahas bagaimana kerennya Ahok dalam memimpin Jakarta, atau betapa tidak sukanya saya dengan pemikiran para pendakwah yang mengatasnamakan gerakan ‘khilafah’ ini.
Jujur saja, bagi saya memiliki pemimpin seorang cina kafir memang cukup meresahkan. Dari dulu sejak saya lahir, belum pernah saya lihat pemimpin yang se-nyentrik Ahok ini. Bahkan saya pribadi tidak terlalu senang jika melihat Ahok menjabat lagi sebagai gubernur DKI Jakarta.
Mungkin sekarang anda bertanya-tanya, kenapa sih saya ingin kampanye tolak Ahok berhenti? Simple, karena kampanye ini tidak solutif dan tidak membangun.
Sebelumnya saya ingin bertanya. Nyamankah kamu dengan pemimpin yang kafir dan kontroversial seperti Ahok? Tentu saja jawabannya terserah padamu, hakmu mau suka atau tidak suka, nyaman maupun tidak nyaman. Namun, yang perlu digarisbawahi adalah jika kamu tidak setuju dengan Ahok sebagai pemimpin Jakarta, tentunya kampanye menolak Ahok bukanlah sebuah solusi.
Apalagi jika slogannya menyebut #YangPentingBukanAhok. Bukannya menjadi penggerak / inspirasi agar DKI Jakarta menjadi lebih baik, propaganda seperti ini malah menimbulkan konflik saja tanpa memberi dampak positif.
Harusnya kalau memang tidak nyaman dan menolak Ahok, ya kita cari lawan / calon lain yang sebanding, yang tidak kafir, yang skillnya lebih baik, yang tidak bicara kasar, yang jujur, dan memiliki aspek-aspek positif lain yang tidak dimiliki oleh seorang Ahok.
Kalau logikanya sudah #YangPentingBukanAhok, maka tujuannya sudah berbeda. Pemilu yang harusnya bertujuan untuk membangun tanah air, malah jadi ajang untuk membenci dan menjatuhkan orang kafir. Di kampanye video aktivis mahasiswa GEMA pembebasan UI, disebutkan bahwa Ahok menzolimi rakyat dan juga tidak becus dalam memimpin Jakarta, namun apakah dengan mempropagandakan slogan-slogan seperti #YangPentingBukanAhok #TolakAhok #AhokKafir akan membuat keadaan menjadi lebih baik? Coba pikir lagi.
Kenapa logikanya tidak dibalik saja? Dari slogan awal #YangPentingBukanAhok, diubah ke #YukPilihYANGLAIN karena yang lain punya aspek yang blablabla (blablabla = tulis kelebihan kandidat yang lain).
Bukankah partisipasi masyarakat dalam politik yang seperti ini akan membuat keadaan politik di Indonesia menjadi lebih sehat?