Mary Ainsworth (1913-1999), seorang psikolog perkembangan dari Kanada, terkenal karena kontribusinya terhadap teori keterikatan -- termasuk eksperimen Situasi Aneh.
Teori keterikatan adalah salah satu teori paling berpengaruh di abad ke-21 tentang perkembangan sosial, kepribadian, dan hubungan. Meski begitu, pendekatan ini digambarkan sebagai pendekatan dominan untuk memahami perkembangan sosial awal.
John Bowlby paling sering dikaitkan dengan karya dasar teori keterikatan, dan untuk alasan yang baik, karena aspek inti teori tersebut didasarkan pada pengalaman awal dan kariernya. Namun, Mary Ainsworth diakui sebagai kontributor penting dalam cara kita mengenali teori keterikatan dalam psikologi modern.
John Bowlby mungkin sebagian besar diasosiasikan dengan teori keterikatan, namun teori keterikatan Mary Ainsworth menambahkan kontribusi signifikan yang membentuk bagaimana teori tersebut masih dibahas dan digunakan hingga saat ini.
Situasi Aneh adalah kontribusi Ainsworth yang paling terkenal terhadap teori keterikatan. Selama berada di John Hopkins, Ainsworth berkolaborasi dengan rekannya, Sylvia Bell, untuk mengembangkan penilaian yang mengukur ikatan antara ibu dan anak mereka -- Situasi Aneh. Selama penilaian ini, seorang peneliti ("orang asing") mengamati respons anak ketika ibunya meninggalkan mereka sendirian di kamar.
Situasi Aneh masih sangat dihargai validitasnya, dan variasi yang berbeda masih digunakan dalam penelitian modern.
Bowlby menyatakan dalam teori kelekatannya (attachment theory) bahwa hubungan kelekatan di awal masa kehidupan anak merupakan prototipe untuk semua hubungan sosial di masa depan anak sehingga gangguan kelekatan yang terjadi dalam masa itu memiliki konsekuensi yang sangat berat. Usia 0 sampai dengan 5 tahun merupakan periode kritis pentingnya perkembangan keterikatan atau kelekatan anak pada pengasuhnya. Jika pada usia tersebut anak mengalami peristiwa yang menyebabkan terganggunya kelekatan dengan orang tuanya, seperti perilaku abai dari orang tua, perceraian orang tua, kematian, dan pemisahan karena konflik keluarga juga mempengaruhi kecerdasan serta perilaku agresif anak hingga usia dewasa.
Penelitian mengenai hubungan antara anak dengan orang tua lebih lanjut mengklasifikasi 4 pola kelekatan sebagai berikut:
- Kelekatan yang aman (Secure attachment)
Pola ini merupakan kondisi ideal hubungan kelekatan yang didapat oleh anak dengan orang tuanya. Anak-anak yang memiliki kelekatan baik dengan orang tuanya akan memiliki pandangan positif terhadap orang lain serta memandang dirinya sendiri berharga sehingga anak-anak ini memiliki kepercayaan diri yang lebih untuk meraih keberhasilan dalam hidupnya.
- Kelekatan yang bersifat menghindar (Anxious avoidant attachment)
Anak-anak dengan pola kelekatan ini seringnya akan menghindari interaksi sosial seolah-olah tidak membutuhkan orang lain dalam hidupnya, menarik diri dari pergaulan, serta menolak meminta bantuan orang lain atau menjaga jarak. Perilaku "kemandiriannya" tersebut merupakan upaya anak dalam berjaga-jaga kemungkinan terjadinya stres yang pernah menimpa dirinya saat membuka diri terhadap orang lain. Gangguan perkembangan kelekatannya yang dialami biasanya berupa penolakan dari orang tua di masa kecilnya.
- Kelekatan yang bersifat penolakan (Anxious resistant attachment)
Bertolak belakang dengan pola kelekatan menghindar (anxious avoidant attachment), anak dengan pola ini justru sangat bergantung pada pengasuh utamanya dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Hal ini terjadi sebagai bentuk kurangnya kelekatan terhadap orangtua di masa kecilnya. Tidak jarang individu ini akan tumbuh menjadi pribadi yang mudah marah, cemburu, penuntut, dan bergantung pada orang lain.
- Kelekatan yang tak beraturan (Disorganized attachment)
Pola ini merupakan campuran atau ambivalen. Anak dengan pola kelekatan ini terkadang melihat orang lain sebagai ancaman sehingga menimbulkan perilaku-perilaku agresif-defensif. Biasanya anak dengan pola ini tumbuh di lingkungan keluarga yang lazim dengan tindakan kekerasan. Alih-alih mendapatkan kasih sayang dari orang tua, upayanya mencari afeksi justru membuatnya menerima perilaku kasar atau bahkan pukulan. Anak akan tumbuh dewasa menjadi individu yang pada umumnya cepat mengalami perubahan suasana hati, satu waktu ia merasa cemas sangat ingin disayangi namun berubah merasa tidak pantas disayangi. Hal ini berdampak pada sulitnya mereka membangun suatu hubungan yang sehat dengan orang lain.
Dari teori kelekatan (attachment theory) ini sangat jelas pentingnya peranan orang tua dalam membesarkan anak dan menghasilkan individu-individu yang sehat secara psikologis. Ketika Anda sebagai orang tua menemukan adanya perilaku anak yang menunjukkan hal negatif, segera cari pertolongan atau konsultasikan dengan pihak profesional yang dapat membantu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H