Lihat ke Halaman Asli

Manisnya Gula: Mitos dan Fakta di Balik Kebutuhan Tubuh

Diperbarui: 14 Juli 2024   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernahkah kamu mendengar filosofi tentang kopi dan gula?  

Filosofi kopi dan gula menggambarkan seseorang yang selalu disalahkan. Mirip seperti gula yang disandingkan dengan kopi. Secangkir Kopi yang diberi gula terlalu sedikit maka rasa pahitnya akan lebih mendominasi, sehingga orang-orang akan menyalahkan gula karena gula yang terlalu sedikit sehingga menyebabkan rasa kopi terasa pahit. Begitu pula disaat kopi terlalu manis, gula tetap juga yang disalahkan. Pasalnya karena gula terlalu banyak, sehingga rasa kopi menjadi terlalu manis.

Lantas bagaiana bila kopi dan gula berimbang atau takarannya pas, siapa yang dapat pujian? Jawabya kopi, bukan gula. Semua orang bakal berkata, kopinya sedap, kopinya mantap. Bukan gulanya sedap atau gulanya yang mantap. Tidak ada pujian sedikit pun untuk gula, bahkan parahnya gula malah disebut-sebut sebagai biang penyakit yaitu penyakit gula.

Benarkah, gula hanya sebagai biang penyakit? Atau cara komsumsi, dan gaya hidup kita yang salah?

Berbagi pengalaman pribadi ketika usia remaja, saya adalah salah satu orang yang enggan mengomsumsi gula. Tidak suka minuman dan makanan yang manis-manis. Kondisi fisik saya lemah, mudah terserang anemia, dan jika tidak memiliki ketahanan tubuh. Beresiko pingsan jika harus berdiri terlalu lama seperti saat mengikuti upacara bendera.

Pengalaman lain datang dari ibu saya yang pengomsumsi gula berat. Sehari bisa dua sampai tiga kali mengomsumsi teh manis dengan rasa gula yang terasa sangat melekat. Belum lagi gula yang dihasilkan oleh beras, kue dan lain-lain, yang jelas ibu adalah pecinta gula berat bahkan sampai akhir hayatnya diusia 82 tahun. Ada sesuatu yang menarik dari kuatnya almarhumah ibu mengomsumsi gula. Beliau sangat aktif dalam beraktivitas sehari-hari dan alhamdulillah kadar gulanya tidak pernah melebihi kebutuhan,  dan belum pernah beliau diagnosa terjangkit penyakit Diabetes atau gula.

Kedua pengalaman ini menimbulkan pertanyaaan di benak saya, benarkah gula sebegitu bahayanya? Sampai-sampai banyak orang yang menganggap gula sebagai momok yang menakutkan. Karena pengalaman saya tinggal bersama orang tua pengomsumsi gula berat justru membuat saya ragu akan jahatnya gula. Hal ini disebabkan karena saya melihat keaktifan beliau  dalam menjalankaan aktivitas sehari-hari, dan saya yang kurang mengomsumsi gula malah fisiknya lebih lemah.

Sebenarnya apakah gula itu jahat  Atau sesungguhnya gaya hidup yang lebih fatal berpotensi menyebabkan penumpukan kadar gula di dalam tubuh sehingga menyebabkan penyakit diabetes atau gula. Pertanyaan ini membuat saya penasaran sehingga mendorong saya mencari berbagai referensi tentang gula.

Jenis-jenis Gula

Gula merupakan salah satu bahan makanan yang paling umum dan paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari minuman hingga makanan penutup, gula memberikan rasa manis yang khas dan disukai oleh banyak orang. Ada beberapa jenis gula yang umum kita komsumsi yaitu:

  1. Gula Pasir (Sucrose): Jenis gula ini adalah yang paling umum digunakan di dapur. Sucrose biasanya diekstraksi dari tebu atau bit gula.
  2. Gula Merah (Brown Sugar): Gula ini mengandung molase, memberikan warna cokelat dan rasa karamel yang khas.
  3. Fruktosa: Gula alami yang ditemukan dalam buah-buahan. Fruktosa memiliki rasa manis yang lebih tinggi dibandingkan dengan sukrosa.
  4. Laktosa: Dikenal sebagai gula susu, laktosa ditemukan dalam produk susu.
  5. Glukosa: Sumber energi utama bagi tubuh yang juga ditemukan dalam sirup jagung.

Manfaat Gula

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline