Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Asal Usul Suku Tamiang Part 2

Diperbarui: 18 Mei 2024   13:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumen Pribadi

Pada tulisan saya di Kompasiana yang berjudul "Mengenal Asal Mula Suku Tamiang di Aceh Tamiang" yang terbit pada tanggal 03 Februari 2023. Pada tulisan tersebut sekilas saya telah menguraikan tentang suku Tamiang yang menetap di wilayah aceh tamiang.

Sebagai putri yang dilahirkan dan dibesarkan di negeri Tamiang tentu saja saya sangat mencintai negeri Tamiang. Tidak banyak literatur yang didapat tentang cerita Bumi Muda sedia ini. Hanya dari beberapa orang yang peduli dalam melestarikan adat dan budaya Aceh Tamiang.

Sebelumnya terima kasih dan salam hormat saya kepada Bapat Ir.Muntasir wan Diman. MM yang sangat berjasa mengumpulkan beberapa literatur dan menuliskannya dalam sebuah buku yang berjudul " Lintas Sejarah Tamiang" Begitupun atas penerimaan yang sangat baik ketika diajak berdiskusi tentang sejarah Tamiang.

Terima kasih dan salam hormat saya juga untuk Abang da saya M. Djuned Tahir Selaku ketua MAA Aceh Tamiang, yang memiliki antusias tinggi dalam melestarikan adat dan budaya Aceh Tamiang. Berkat merekalah saya dapat menuliskan kisah-kisah masa lampau Asal mula Suku di Aceh Tamiang.

Kisah ini bermula pada abad ke-7 Masehi, di mana beberapa kerajaan besar telah berdiri di Sumatera. Kerajaan Tulang Bawang di Lampung, Kerajaan Melayu di Riau, dan Kerajaan Sriwijaya di Palembang adalah beberapa di antaranya. Salah satu kerajaan Melayu yang pertama dikenal sebagai Kerajaan Melayu Raya, didirikan pada tahun 670 Masehi di Bandar Pirus, Pulau Bintan, Kepulauan Riau. Raja yang memerintah bergelar "Raja Diraja Mambang Sepenoh Tun Dewa di Tasek," yang merupakan keturunan Raja Mambang (Dewa Laut).

Kerajaan Melayu Raya menguasai beberapa kerajaan kecil di Semenanjung Kra, Pulau Riau, dan pesisir Kuantan. Keberhasilan dan kekuatan Kerajaan Melayu ini membuat Kerajaan Sriwijaya merasa terancam, sehingga mereka mengirim pasukan besar untuk menaklukkan Kerajaan Melayu. Pertempuran hebat pun terjadi, namun pasukan Sriwijaya yang lebih kuat berhasil menghancurkan Kerajaan Melayu. Raja Diraja Mambang Sepenoh Tun Dewa di Tasek gugur dalam pertempuran tersebut.

Kekalahan ini membuat penduduk Melayu panik dan melarikan diri ke berbagai tempat. Beberapa berlayar ke Kalimantan Selatan, Pulau Sulu, Pulau Palawan, dan Mindanao di Filipina. Ada yang bahkan mencapai Hawaii dan Pasifik. Mereka yang menetap di atas perahu di wilayah Belitung dan Bangka dikenal sebagai Jakun atau orang laut.

Selama berbulan-bulan, pelayaran terus berlanjut. Sebagian dari mereka sampai ke Kepulauan Nusa Tenggara (Maluku), Bima, Ternate, dan Banda. Di pedalaman Gunung Merapi di Sumatera Barat, mereka mendirikan kerajaan baru bernama Pagaruyung. Di Riau, mereka mendirikan Kerajaan Kuantan yang kemudian memindahkan ibu kotanya ke Daik di Kepulauan Riau, menjadi Kerajaan Riau.

Ketakutan masih menghantui bangsa Melayu, yang merasa terus dikejar oleh pasukan Sriwijaya. Mereka terus berlayar hingga menemukan pemukiman bangsa lain seperti bangsa Manti di Telaga Tujuh, Aramiyah di Aceh Timur, Jambo Aye di Aceh Utara, dan Pulau Weh (Sabang).

Gelombang laut yang deras membawa sebagian mereka terdampar di Pulau Teluk Haru, yang mereka beri nama "Pulau Sampai," kini dikenal sebagai Pulau Kampai. Pulau ini sangat subur, cocok bagi bangsa Melayu yang umumnya petani, untuk menetap.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline