Lihat ke Halaman Asli

Afifah Khoirun Nisa

Mahasiswi Aktif yang Punya Banyak Mimpi

Kita Tidak Sempurna Bukan Berarti Kita Bukan Manusia

Diperbarui: 18 Januari 2022   01:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hal yang dianggap berbeda oleh manusia yang lain selalu menjadi jarak diantara manusia itu, menjauh atau dijauhi. Orang menganggap orang lain berbeda dan tidak sesuai dengan dirinya layak untuk dijauhi, ataupun sebaliknya, orang yang merasa berbeda dan tidak sesuai dengan suatu kelompok akan mengucilkan diri dan menjauh dari kelompok tersebut. 

Di antara orang-orang yang dianggap 'sama' oleh masyarakat dan menjadi tolak ukur, menganggap orang yang tidak sesuai dengan tolak ukur tersebut aneh, seperti bukan manusia. 

Salahkah kita menjadi berbeda dengan keunikan kita sendiri? Lantas adilkah perlakuan orang2 yang dianggap tolak ukur masyarakat itu ke orang-orang yang dianggap berbeda? Orang yang sesuai tolak ukur masyarakat tidak akan memahami rasanya orang2 yang berbeda. Rasa sakit dan frustasinya. Rasa terkhianati dan dikucilkan. Kita berbeda bukan berarti kita tidak memiliki perasaan. Kita berbeda bukan berarti kita bukan manusia. 

Cerita dari orang-orang yang merasa dijauhi karena perbedaan rasanya tidak pernah berhenti. Salah satu teman bercerita mengenai dirinya yang dijauhi dikarenakan suatu perbedaan hingga ia menyalahkan dirinya. Orang yang menjauh sampai kapanpun tidak akan pernah sadar bahwa ia pernah menyakiti teman saya. Ia mungkin hanya berpikir bahwa ia melakukan seperti yang biasa ia lakukan di kehidupan sehari-harinya. Melelahkan terus menjadi korban, melelahkan karena terus menyalahkan diri yang bahkan bukan salah kita. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline