Lihat ke Halaman Asli

Besarkan Pondokmu maka Kau akan 'dibesarkan' oleh Pondokmu

Diperbarui: 29 Mei 2022   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penjara suci. Seperti itu lah aku menyebutnya. Aku mulai masuk kedalam pesantren pada saat bulan ke tujuh tahun 2018, tepat saat aku lulus dari sekolah menengah pertama. Sebetulnya aku sudah sejak tujuh tinggal berjauhan dengan orang tua ku jadi saat orang tua ku mengantarkan ku ke pondok pesantren suasana tidaklah terlalu mellow seperti anak- anak yang lainnya saat harus berpisah jauh dengan orang tuanya. Tidak ada alasan khusus mengapa orang tua ku menaruh ku di pondok pesantren. Bukan karena kelakuan nakal ku atau pun apa hanya karna kedua orang tua ku zaman dahulu tidak ada yang pernah merasakan tidur bersama orang banyak yang beralaskan karpet saja. Ya karna zaman daulu mereka tidak pernah masuk pesantren, alasan lainnya karna zaman sudah semakin edan sehingga orang tua ku igin aku memliki pegangan agama yang kuat, apalagi aku seorang perempuan yang mungkin sangat rawan.

Pesantren yang aku tempati bukanlah pesantren yang sangat tradisional, dapat dikatakan pesantren yang aku tempati termasuk pesantren modern. Saat ku tempati santrinya tidak lebih dari dua ratus orang, ya aku lebih suka pesantren yang tidak banyak santri nya.  Karna jika banyak santri yang tinggal akan lebih susah untuk diawasi dan di perhatikan.  Pesantren yang aku tempati juga bukan termasuk pesantren yang lawas, mulai di rintis pada tahun 1994.

Keuntungan tinggal dipesantren yang tidak banyak santri yang tinggal adalah, aku selalu tiap mengaji kitab kyai ku sendiri yang mengajarnya, sehingga aku dapat secara langsung menerima sanad dari beliau. Beliau pun hafal dengan santri-santri nya. Gus atau agus adalah sebutan untuk keturunan laki-laki dari kyai, gus pun pernah dawuh jika abi (sebutan untuk semua santri kepada kyai) senantiasa akan mendoakan santri-santrinya, dan kemungkinan santri yang di ingat akan sering beliau doakan. Maka dari itu adalah salah satu keuntungan tinggal di pesantren yang di tinggali sedikit santri.

"Besar kan pondok mu maka kau akan di besarkan oleh pondokmu " itu lah salah satu kalimat yang selalu abi katakan kepada kami santrinya ketika mengajar. Abi adalah orang yang sangat berpendidikan, beliau pernah mendapat gelah sarjana muda terbaik dan cumlaude S2 S3. Itu lah sebabnya dalam hal urusan pendidikan belaiu nomor satu, bahkan rata-rata gus dan ning ( sebutan untuk keturunan kyai) sudah mendapat gelar sarjana. Kami para santri juga saat menerima rapot diharuskan untuk menyetorkan foto copy nilai kepada beliau, gunanya agar beliau dapat mengontrol para santri nya. Dan jika kami mendapat peringkat di kelas kami akan ikut maju di panggil untuk mendapatkan piala sebagai reward kami. Hampir semua keturunan anak- anak dari abi adalah orang yang juga berprofesi sebagai guru.

Selain beliau mendirikan sebuah pondok pesantren, garwo (istri) beliau juga mendirikan sebuah taman pembelajaran qur'an atau TPQ dengan metode Qiraati. Kami para santri juga terkadang di ajar oleh bu nyai atau umi kami menyebut nya. Umi adalah sosok yang sabar dan telaten. Beliau juga sangat hafal degan para santri nya. Pada saat kami pulang ke rumah untuk berlibur kami ( santri putri) akan salim kepada umi, dan saat salim itu kami akan di doakan dan umi akan menyebutkan nama kami satu persatu. Sungguh beruntung bukan dihafal oleh abi dan umi.

 Kami para santri juga di ajarkan untuk istiqomah sesudah adzan subuh sebelum sholat  subuh untuk membaca surat al-fatihah sebanyak empat puluh satu kali agar kami selalu dimudahkan dalam menuntut ilmu dan insyaallah akan di kabulkan hajat kami. Kemudian hal yang di ajarkan kepada kami para santri adalah kami diajarkan untuk belajar istiqomah shalat hajat, shalat tasbih, dan sujud syukur  setiap hari sabtu setelah maghrib, setelah itu membaca istigosah agar dilancarkan dalam menutut ilmu. Kami juga di haruskn menghafal doa dan bacaan dalam sholat dengan artinya juga. Karna jika kita membaca bacaan dan doa sholat kita akan lebih memaknai lafad-lafad tersebut.

Abi dan umi merupakan sosok yang sangat sederhana hampir tidak pernah menunjukkan sisi kemewahannya. Abi tidak segan-segan untuk membersihkan, menyapu, dan merapikan tamannya seorang diri walaupun jadwal piket menyapu halaman sudah tersusun,  bahkan tidak jarang juga untuk orang-orang yang tidak tahu akan mengira abi adalah tukang kebun dan menanyakan keberadaan pak kyai nya. Umi juga adalah sosok yang begitu sederhana, umi tidak jarang juga turun langsung kedapur untuk ikut membantu mbak-mbak dapur memasakkan makanan untuk para santri.

Abi juga memiliki menantu yang hafal al-quran, kami biasa memanggil dengan sebutan gus. Gus ini menikah dengan anak perempuan pertama abi. Gus juga ikut mengajar kami setiap malam rabu. Selain hafal al-quran gus ini juga merupakan salah satu kepala sekolah madrasah ibtidaiyah didekat kediamannya. Gus ini adalah sosok yang sangat humoris tetapi kadang juga sangat tegas. Jadwal gus ini adalah jadwal yang sangat ditunggu-tunggu oleh para santri. Saat di ajar oleh gus ini pun kami juga kadang merasa deg deg ser takut jika ada salah satu santri yang melanggar dan diketahui oleh gus ini kemudian gus akan murka di hadapan santri-santri nya. Gus ini juga tidak akan segan-segan murka terhadap santri yang melanggar peraturan dari pondok pesantren.

Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir dan batin. Selamat lebaran :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline