Lihat ke Halaman Asli

Kiat Ajarkan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum pada Anak

Diperbarui: 10 Oktober 2016   21:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Jika ingin berhasil menanamkan nilai pada anak, mulailah sejak kecil dan mulailah dari rumah, demikian banyak pakar dan praktisi pendidikan mengingatkan kita sebagai orang tua. Memang sih, kalau menanamkan nilai pada saat anak sudah remaja, apalagi dewasa, jauh lebih sulit ketimbang pada saat mereka masih kecil. Memerintahkan untuk shalat saja, harus dimulai sejak kecil, dan bukan hanya memerintah, namun juga memberi contoh, menceritakan keutamaan dan keuntungan melaksanakan shalat tepat waktu misalnya. Tidak jarang bahkan harus disertakan juga reward and punishment, tentu saja sesuai usia dan tugas perkembangan psikologinya.

Demikian juga dengan mengajarkan gerakan budaya bersih dan senyum. Kadang susah sekali mengajarkan anak hidup bersih. Habis main sama kucing, mau langsung makan, disuruh cuci tangan malah marah. Ini lagi, kalau habis diberi sesuatu sama orang lain, dan pas si anak enggak suka, boro-boro bilang terima kasih, malah bilang “Ih, ini mah aku enggak suka”. Ibunya lagi yang sedih.

Tapi kalau tidak sekarang, saat anak-anak masih kecil-kecil, mau kapan lagi? Mungkin lima tips di bawah ini bisa membantu Bunda dan Panda, atau minimal mengingatkan kembali, bahwa mengajarkan tentang gerakan budaya bersih dan senyum adalah tugas orang tua. Setelah anak kita terbiasa dengan itu, maka dia akan menerapkannya di lingkungan mainnya. Moga-moga budaya ini akan menular dengan cepat ke teman-temannya. Maka, di masa depan kita optimis, Indonesia akan memiliki pemimpin dan seluruh penduduk usia produktif yang cinta lingkungan dan ramah serta menyenangkan.

Ini dia tips-nya.

Bimbing anak untuk selalu terikat pada semesta, artinya dia diajari untuk sayang dan peduli pada alam serta seisinya. Belajar menyayangi hewan dan tumbuhan, belajar menjaga kebersihan serta kesehatan, misal dengan selalu mengingatkannya untuk membuang sampah pada tempatnya. Ajari anak-anak kita reduce-reuse-recycle. Selalu hubungkan setiap aktivitas mereka dengan pentingnya menyayangi semesta sebagai tempat hidup mereka sekarang dan di masa depan.


Bimbing anak bersikap egaliter, tidak membeda-bedakan teman berdasarkan status sosial ekonomi pendidikan dan agama. Ajari anak untuk bersikap toleran namun tegas memperjuangkan nilai-nilai kebaikan. Bekali dengan kalimat-kalimat baik, seperti; maaf, tolong, terima kasih.
Ikutkan anak dalam komunitas berbasis kesemestaan, seperti gerakan membersihkan sungai, konservasi alam, komunitas mengolah sampah, dan komunitas sayang hewan. Tentu ini sesuai dengan minatnya ya, Bunda, Panda. Atau bisa juga lebih ke pengkajian ilmunya, seperti komunitas astronomi, komunitas sains, dan sebagainya.


Berikan hadiah atau sekedar ucapan penghargaan atas semua kebaikannya kepada diri dan semesta, setiap mereka selesai melakukan sesuatu yang baik. Hukuman atau sanksi juga bisa diberikan jika mereka melanggar, tentu sesuai dengan usia dan tugas perkembangan psikologisnya. Misalnya, ketika anak saya menendang kucing yang mengganggu makan siangnya, saya terangkan bahwa dia dan kucing sama-sama bersalah. Dia boleh marah kepada kucing, tapi tidak boleh menyiksanya. Nah, sebagai sanksinya, dia harus memberi makan si kucing, yang biasanya itu menjadi tugas saya. Betul deh, enggak lama setelah insiden itu, anak saya berdamai dengan si kucing, bahkan mereka asyik bercanda.


Beri contoh dan terus berdoa. Yang ini juga wajib hukumnya dilakukan oleh kita sebagai orang tua, Bunda dan Panda. Iringi setiap langkah si o dengan doa, karena doa itu akan didengar semesta, diaminkan, dan dibantu mengangkatnya ke langit, sehingga terkabullah doa-doa terbaik kita. Saya percaya semesta mendukung semua kebaikan yang kita lakukan, sebab pada dasarnya semesta ini suci dan bersih, sebagaimana Tuhan menciptakannya untuk kita.


Mari, Bunda dan Panda, dukung Gerakan Budaya Bersih dan Senyum ini dimulai dari keluarga, dari orang-orang terdekat kita. Simple dan menyenangkan. Insha Allah ini akan menjadi semacam ‘viral’ bagi keluarga-keluarga lain di lingkungan kita, asal konsisten ya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline