Belum juga hilang warna tinta biru pada ujung jari kelingking, stiker di mobil penumpang juga masih jelas kelihatan gambar foto kalian, pohon-pohon juga kokoh terpancang baliho mini kalian. Ingatanku juga masih sangat segar bagaimana kisah 900 orang anggota KPPS dibeberapa wilayah meregang nyawa karena alasan kecapean bertugas di TPS.
Lembar koran pun masih menghiasi laman kejadian berdarah saat demonstrasi di KPU dan Mahkamah Konstitusi, dan lebih miris lagi saudara, kerabat, serumah sampai cek-cok karena beda pilihan untuk mencoblos kalian, pun kita belum menyentuh pada hal klasik soal anggaran yang ditelan untuk pesta kalian yang triliunan rupiah, dan itu ada sebagian uang saya.
Pasca pelantikan anda sebagai salah satu menteri, sebenarnya sudah menoreh luka pada sebagian pendukung anda yang dulu dan atau bahkan sampai saat ini masih ada yang tidak saling menyapa, bahwa betapa mereka tetap kekeh menginginkan anda berada diluar kekuasaan akibat kekalahan dalam duel seru waktu itu.
ereka tidak serta merta kalah, putus asa, dan atau menghapus begitu saja cita-citanya dalam mimpi kala itu, meskipun mereka kurang puas dengan istilah oposisi.
Namun bagi mereka, mempertahankan sebuah pilihan dan keputusan adalah sebuah pilihan yang terhormat. Mereka hanya meyakini bahwa, kalau satunya menang, maka yang kalah akan menjadi oposisi, itu saja....sederhana sekali namun mereka merasa amat sangat puas dan bangga dengan keputusannya......itu mereka, dan ternyata tidak dengan anda.
Banyak teman-teman anda mencoba menghibur dengan memasang muka tidak selayaknya orang yang sedang menghibur, bahwa anda adalah benar-benar seorang negarawan yang tidak diragukan keIndonesiaannya.
Sebagaian terpaksa terhibur, sebagian lagi sudah apatis dan bahkan sudah kecewa dengan anda.....itu pasti, karena anda dinilai penghianat, tidak konsisten, menjilat ludah sendiri bahkan istilah gila kekuasaan pun menyeruak diantara mereka yang sedang terkhianati.
Dan pada akhirnya, belum usai cerita kecewa dan khianat.....pasangan anda kembali diminta untuk memakai kemeja putih untuk segera menyusul anda di istana. Ada apa ini sebenarnya......?
Ternyata pujian datang menyelimuti mereka berempat, bahwa mereka berempat telah memperlihatkan sebuah potret kenegarawan, memberikan sajian permainan santun dalam berpolitik, sebuah pembelajaran bagaimana berdemokrasi yang sehat, bersahaja. Kalau dulu mereka saling mencaci, memaki, bahkan fitnah sana-sani, maka pemandangannya sekarang amatlah berbeda.
Bagi sebagian orang yang sedikit paham akan konstalasi kekuasaann, hal ini dijadikan biasa-biasa saja karena mereka memiliki wawasan atau teori politik yang bisa membuat mengerti situasi dan kondisi yang ada, namun berbeda ketika mereka-mereka yang dulu menjadi ring satu dalam bersorak, lantang, dan bahkan pasukan berani mati membela anda....dan pada akhirnya anda memiliki sikap seperti saat ini. Bisa saja, pikiran mereka akan menerka, apa betul anda yang mau atau anda memang diajak, dibujuk atau apalah dengan iming-iming apalah......mampukah menjelaskan rekaan mereka...?
Saya mungkin dalam posisi, tidak pada mereka yang bergembira karena menang dan tidak pula berada dalam barisan mereka yang kecewa, dikhianati karena kalah. Yang saya mau katakan bahwa, kalaulah mereka memang memiliki tujuan yang sama dalam berkontribusi pada negeri ini maka mereka berempat ini memanglah luar biasa, hebat, berjiwa besar, santun dan teladan bagi rakyatnya.