Lihat ke Halaman Asli

Dedi Sulaiman Rawi

Calon suamimu

Hujan

Diperbarui: 30 Oktober 2018   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto (Dok. Pribadi)

Sore ini hujan tidak sedingin biasanya. Mungkin karena hangat senja, mungkin karena senyum di bibirmu, atau mungkin juga karena kau izinkan aku membelai lembut rambutmu. Aku tidak tahu pasti.

Satu yang pasti, aku bahagia menatap hujan dari balik jendela. Bersamamu.

***

Aku masih akan menyebutnya kenangan, hingga kita kelak dipertemukan oleh rindu yang tak berkesudahan. Sesekali kau mungkin coba sembunyikan, atau memilih melawan, sementara aku tenggelam dalam ingatan, bertahan dengan satu alasan. Seperti hujan, bagiku kau tetap menyejukkan.

***

Aku suka lupa ingatan, bahwa kau sering datang tanpa ada bau kenangan, seolah kau tetap dalam pelukan. Begitulah saat sepi harus diaksarakan, tak peduli apa yang orang lihat sebagai kenyataan, sebab rindu kini sederas hujan.

***

Adalah kali pertama aku mendengar tawamu, mengalir lembut menyentuh kalbu.

Kali pertama kau hadir dalam mimpi, sesaat sebelum kau membangunkanku esok pagi.

Kali pertama aku melihatmu sebagai malam, hanya pada matamu bintang-bintang itu tenggelam.

Tenanglah, pada punggung awan namamu telah ku sembunyikan, maka saat turun hujan, namamu akan suburkan ladang-ladang harapan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline