Lihat ke Halaman Asli

Minke

jurnalis

Membedah Sabda Nabi Muhammad tentang Kebenaran

Diperbarui: 19 Oktober 2021   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Saya mengingat jelas perkataan socrates " do not be angry with me, if i tell you the truth". Bagi saya itu adalah salah satu quotes yang cukup bagus dan mengandung makna yang filosofis.

Setiap orang memang menyimpan asa agar apa yang ia pikirkan, rasakan, ia ucapkan, adalah suatu kebenaran. Atau paling tidak orang lain menggap itu sebagai suatu kebenaran, meskipun tidak absolute.

Begitupun sebaliknya, setiap orang pasti akan mengalami yang namanya rasa malu, rasa penyesalan, rasa bersalah, dan semua rasa kekecewaan, disaat ia melakukan kesalahan atau dianggap keliru oleh orang lain. Saya kira itu sebauh relasi yang sangat wajar dan ideal antara manusia dan kebenaran.

Beragam tokoh berpendapat tentang kebenaran, sehingga tercipta banyak sekali teori tentang kebenaran. Namun pada hakikatnya mencari, menemukan, dan juga menyatakan kebenaran, bahkan membela kebenaran sangatlah tidak mudah.

Tentu bukan hal yang sederhana untuk menghidupi kebeneran dikalangan manusia, yang notabene nya adalah 'tempatnya salah' dan pastinya selalu punya potensi untuk melakukan tipu daya atau hanya sekedar bohong-bohong kecil. 

Apalagi perkembangan tekhnolgi, sosial, budaya, politik, yang dibuat oleh manusia malah justru mengaburkan wajah kebenaran tersebut ke dalam kabut.

Pernah sesekali guru saya bercerita bahwa di kampung halamannya terdapat seorang tokoh kyai, yang diyakini memiliki kesaktian untuk meramal masa depan. Sewaktu-waktu ada seorang pejabat yang menemui kyai tersebut. Ia mendatangi kediaman kyai tersebut. Orang kampung biasa memanggilnya sebagai kyai amung. Si pejabat meminta kyai untuk memberitahukan kepada dia apa itu arti dari kebenaran.

"kyai, tolong katakan kepadaku satu kebenaran yang ada pada nasibku" pinta sang pejabat

"bukan aku tidak mau mengatakan kebenaran. Tapi, apakah telingamu mampu mendengarkan kebenaran tersebut? Ketahuilah suara kebenaran itu melebihi suara letusan gunung dimalam hari" jawab sang kyai dengan tenang.

"apa gunanya telinga yang aku miliki jika tidak mampu mendengarkan suatu kebenaran? Biarpun telingaku pecah, dan hancur berkeping-keping, aku tetap ingin mendegarkan suara kebenaran tersebut" jawab si pejabat dengan nada angkuh.

Akhirnya sang kyai pun menuruti keinginan si pejabat tersebut. Ketika tahu sang kyai akan memberitahukan tentang suatu kebenaran, si pejabat sangat kegirangan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline