Lihat ke Halaman Asli

Idris Wiranata

(Orion Ezra)

Bahaya! 60% Gen Z Menghadapi Kesulitan dalam Mencari Pekerjaan

Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(image source: pexels.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, generasi Z---yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an---telah memasuki dunia kerja dengan harapan dan cita-cita yang tinggi. Namun, banyak dari mereka yang menghadapi kesulitan signifikan dalam mendapatkan pekerjaan yang sesuai. Tantangan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari persaingan yang ketat hingga perubahan dalam kebutuhan pasar kerja. Pada artikel kali ini, saya akan membahas berbagai aspek yang membuat generasi Z kesulitan dalam mencari pekerjaan serta menawarkan solusi untuk mengatasi masalah ini.

1. Persaingan yang Ketat

Salah satu tantangan utama yang dihadapi oleh generasi Z adalah persaingan yang sangat ketat. Menurut survei yang dilakukan oleh Pew Research Center, sekitar 60% anggota generasi Z melaporkan kesulitan dalam menemukan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan dan latar belakang pendidikan mereka. Dengan jumlah lulusan yang terus meningkat setiap tahun, posisi entry-level menjadi sangat diminati. Banyak generasi Z merasa bahwa mereka memiliki keahlian yang baik, tetapi ketika mereka masuk ke dunia kerja, mereka dihadapkan pada kenyataan bahwa ada banyak pelamar untuk setiap posisi yang ada.

Kondisi ini mendorong generasi Z untuk mencari cara baru dalam menonjolkan diri mereka. Penggunaan media sosial dan platform profesional seperti LinkedIn menjadi semakin penting, tetapi tidak semua orang tahu bagaimana memanfaatkannya secara efektif.

2. Keterampilan yang Diperlukan

Di era digital saat ini, keterampilan yang dibutuhkan oleh perusahaan juga telah berubah. Hasil survei oleh LinkedIn menunjukkan bahwa generasi Z sering kali merasa kurang memiliki keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi harapan perusahaan. Banyak pekerjaan saat ini mengharuskan calon karyawan untuk memiliki keterampilan teknis dan interpersonal yang kuat, namun tidak semua pendidikan formal dapat memenuhi kebutuhan ini.

Kita menemukan banyak sekali gen z selama menempuh pendidikan formal di kampus, mereka Fokus pada Pengetahuan Akademis dan IPK: pendidikan formal sering kali lebih menekankan pada penguasaan materi akademis dan nilai-nilai ujian daripada pengembangan keterampilan praktis dan interpersonal. Akibatnya, mereka mungkin mendapatkan nilai IPK tinggi, akan tetapi kurang pada keterampilan komunikasi dan kerjasama.

Generasi Z sering kali menyadari pentingnya keterampilan ini, tetapi mereka mungkin tidak tahu cara memperoleh atau mengasah keterampilan tersebut. Dalam konteks ini, pelatihan dan kursus online dapat menjadi solusi yang efektif untuk memperkuat profil mereka.

3. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja menjadi salah satu faktor penting yang sering kali menjadi penghalang bagi generasi Z. Berdasarkan data dari McKinsey & Company, banyak perusahaan melaporkan kesulitan dalam merekrut talenta dari generasi Z karena kurangnya pengalaman kerja yang relevan. Meskipun generasi ini memiliki pemahaman teknologi yang baik, mereka sering kali tidak memiliki pengalaman praktis yang dapat mendukung keterampilan mereka.

Masalah ini sering kali menciptakan siklus di mana generasi Z kesulitan mendapatkan pekerjaan karena kurangnya pengalaman, sementara mereka tidak bisa mendapatkan pengalaman tanpa pekerjaan. Solusi untuk mengatasi masalah ini adalah dengan mencari peluang magang yang dapat memberikan pengalaman bekerja yang berharga untuk ke depannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline