Lihat ke Halaman Asli

Idris setiawan

Sang Pencinta Keheningan

Perjalanan Kemanusiaan Part 20: Bu, Hujan itu Berkah? atau Musibah?

Diperbarui: 10 November 2024   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi hujan. Foto: kulkann via kompas.com. 

Di malam ini langit hitam pekat, suara - suara jangkrik pun tiada terdengar. Bahkan, bintang - bintang turut bersembunyi di balik gelapnya awan. Tak lama angin berdesir kencang, suara gemuruh guruh merajai langit. Membuat bulu kuduku sedikit berdiri, dan hujan pun turun membasahi bumi. Ku perhatikan dedaunan yang dijatuhi air hujan dari kaca jendela kamar, kuingat salah seorang anak asuhku di sekolah perna bertanya,

"Bu guru ... hujan ini berkah? Atau musibah ya bu?" Ucapnya sembari meletakkan tangannya di bawah cucuran air yang turun dan menetes dari genteng sekolah.

"Hujan ini adalah berkah nak, bagi para petani yang menggantungkan kehidupannya dari pertanian. Karena, tanaman yang mereka tanam akan menjadi segar dengan tidak kekurangan suplai mineral sedikitpun. Yang apabila tidak ada hujan, akan mengakibatkan pekerjaan mereka lebih ekstra dengan menyiram tumbuhan secara manual, yang apabila tidak mereka lakukan akan menyebabkan tumbuhan layu dan mati.".

"Ooo ..., terus kenapa bapak sering ngomong, "Ahh sial hujan lagi, hujan lagi! Jadi nggak bisa narik ni hari." begitu bu?" Tanyanya kembali sembari melihatkan wajahnya kearahku.

"Mungkin karena pekerjaan tukang ojek seperti yang bapak mu kerjakan, harus dalam kondisi hari cerah nak. sebab, ada sebagian orang yang biasanya menggunakan jasa bapakmu, menjadi beralih ke kendaraan mobil seperti angkot dan bus untuk menghindari kehujanan dan kedinginan selama perjalanan nak. Tapi kembali, dari semua nya itu ada maknanya tersendiri. Terpenting kita harus selalu bersyukur atas ketentuan yang Allah SWT. Berikan kepada kita."

"Baik bu guru, Doni masuk kelas dulu yah bu?" Ucapnya sambil berlari menuju kelas 3C


***

Ssstt .... angin yang membawa air hujan makin kencang turun, sehingga suasana kamar terasa makin dingin. kulihat Jam pun sudah menunjukkan pukul hampir setengah 10 malam, sudah saatnya aku istrirahat tidur. kututup jendela menggunakan kain yang biasa menutupinya dan bergegas mematikan lampu kamar. ku tarik selimut yang berada di bawah kakiku, lalu kuletakkan kepada diatas bantal sembari mengadap ke kanan dan membaca doa tidur.

Namaku Anggun seorang guru honorer yang bekerja sebagai petugas Tata Usaha (TU) SD Negeri 37 Kota Pagar Alam. Aku masih berusia 22 Tahun saat ini, baru saja selesai kuliah di salah satu kampus di kota Pagar Alam, dengan gelar SPd(Sarjana Pendidikan). Bekerja sebagai guru honorer ini, baru saja ku jalani selama 1 tahun terakhir. Kebetulan ada teman sewaktu kuliah dulu yang juga mengajar di sana, mambantuku hingga bisa bekerja.

****

Kukuruyuk, kukuruyuk ...

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline