Hari itu, di bawah hembusan angin yang begitu kencangnya menerpa dedaunan kering di pohon kering itu. kemudian Jatuh berhamburan seketika daun - daun yang lemas dan tak berdaya itu ke tanah.
Di hari itu, sinar dari senja tidak seelok biasanya. Dengan awan mendung yang begitu rapat menutupi langit. Menjadikan langit seketika gelap gulita yang diikuti gemuruh suara guruh dan kilauan kilat - kilat menyambar - nyambar, menandakan bahwa akan turunnya hujan.
Aku hanya dapat menyaksikan dikala itu, dengan secangkir kopi pahit dan duduk termangu di bawah atap rumah orang tua. Banyak yang kupikirkan, entah kenapa? Cuaca hari itu seperti begitu mewakili perasaanku.
Terasa mendung turut melanda hatiku, merusak imun kemanusiaan ku. yang menyisahkan kepiluan dan kepiluan di dalam dada. Sesak jelas! Kabar itu seketika mengguncangkan perasaan dan logika ku yang begitu percaya dan telah bergelut lama di dalam tubuh lembaga yang ternyata ada sebagian orang yang memanfaatkannya.
Bibirku ingin mengupat sekuat - kuatnya. Bahkan rasa jengkelku begitu akut dibuatnya.
"Yang sabar nak. Ini semua hanya cobaan." Tegur bunda yang keluar dari dalam rumah dan seketika duduk di kursi sebelah kanan meja yang sedari tadi kosong.
Ternyata dari dalam rumah bunda telah memperhatikanku yang hanya termangu menatap langit mendung di sore itu.
"Iya bunda. Tapi Rehan kesal saja bunda. Rehan sudah mati - matian kesana, kemari buat penggalangan dana. Eh! taunya, uang hasil penggalangan dana itu di korupsiin sama ketua lembaga. Pengen bener kayaknya Rehan hajar itu orang bunda." Ucapku jengkel.
"Sttt... Terus, bila kamu tonjok itu ketua lembaga kamu? Apakah kamu akan merasa puas?" Tanya bunda sembari serius melihatku.
"Terus, bila kamu melakukan tindakan kekerasan itu? Apakah kamu bisa menjamin kamu tidak akan kena pasal dan turut berurusan dengan hukum? Dan, apakah selama ini kamu menolong orang tenggelam, membantu pengemis kelaparan, atau kemanusiaan yang selama ini kamu tanam mengajarkan hal seperti itu? Dengan cara melakukan kekerasan. " Sambung bunda.
Mendengar ucapan bunda seketika membuatku merasa bersalah, ku pandang wajah wanita tua yang kini berada duduk di sampingku itu. Sosok wanita yang begitu paham dan tau isi hatiku, dan selalu menjadi tempat nomor 1 "satu" curahan perasaanku. Apabila sepulang tugas dari panggilan kemanusiaan banjir, gempa, orang tenggelam, tsunami atau erupsi gunung berapi.