Lihat ke Halaman Asli

Idris setiawan

Sang Pencinta Keheningan

Di Kala Itu Aku Mencintaimu

Diperbarui: 18 Februari 2021   00:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. pribadi

Senja berganti menjadi malam dan larut ke dalam keramaian dari nyanyian - nyanyian indah binatang - binatang malam. Jangkrik menyapa, menyuarakan kerinduannya yang menanti seharian untuk kembali bertemu malam. Nyamuk - nyamuk nakal pun datang, berdenging dan hinggap di kaki atau tangan sekedar menyapaikan salam sekaligus izin, mengajukan diri untuk sekedar menghisap darah walau akhirnya pun tetap akan mati.

Di kala itu aku mencintamu,

dari sebait lagu yang tak perna ku sampaikan,bahkan diketahui oleh banyak orang. Tapi, ragaku begitu menantikan hadirnya ragamu. Agar dapat ku dekap erat di dalam rapuhnya asaku. 

Di kala itu aku mencintaimu,

dari tajamnya hunusan pisau, sampai tumpulnya sebuah palu. Sebagai alat utama di dalam kehidupan seorang tukang. Aku begitu mengartikan kebahagiaanmu lebih dari yang kau tahu. Dan kurasa, kau tak perlu tau.

Di kala itu aku mencintaimu,

dari ramainya nyanyian rintikan suara air hujan yang jatuh ke bumi. Hingga dalamnya air laut yang tak terjengkal. Aku tetap di sini untuk sekedar menjaga hati. 

Di kala itu aku mencintaimu,

****

__SpK

(PagarAlam, 18 Februari 2021)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline