Lihat ke Halaman Asli

Cinta dan Takdirnya

Diperbarui: 8 September 2018   07:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Semua punya takdir yang berbeda-beda. Cinta itu rahasia. Tidak semua perasaan cinta bisa diungkapkan. Kalimat cinta yang terungkap,  hanya sebagian kecil dari fenomena cinta yang dirasakan.

Cinta,  tidak melulu bicara penyatuan dua sejoli. Tapi cinta,  pun menceritakan bagaimana kebaikan bisa mengalir sampai ke seluruh hamparan medan perasaan. Disini kita memadu kemesraan. Disana mereka sedang meratap kemalangan.

Perpaduan kemesraan, sebaiknya mampu menyerak cinta,  sampai ke titik-titik kedukaan.  Hingga,  kesengsaraan tidak membekas luka sayatan yang semakin menganga. Namun,  kebahagiaan mampu meninggalkan pesan dan kesan keindahan hidup yang terus menyala.

Memang,  debu jalanan akan senantiasa menghinggapi kuncup dan mekarnya kembang. Ujian kemesraan tidak akan pernah bisa dipungkiri sepanjang kemesraan itu masih menyelimuti hati. Hanya,  kemesraan tidak akan pernah pudar selamanya,  jika ia masih beralas ketulusan dan keteguhan. Cinta tidak akan pernah luntur sampai kapanpun, jika ia masih dibalut ketabahan dan kejujuran.

Maka,  untuk apa mempercayai kecurigaan dan prasangka buruk,  selama pendirian masih di atas cinta. Kenapa harus terhanyut dibawa arus keirian dan kedengkian, kalau cintalah yang menumbuhkan harapan. Bagaimana lagi kebencian mampu menceraikan genggaman tangan,  padahal impian adalah bangunan mahligai cinta.

Andaikan cinta menunjukkan lintasan yang berbeda arus, bukan kah itu ibarat taman,  bunganya banyak dan warna-warni, semakin cantik, semakin memberi pesona. Dan untuk menuju suatu bunga,  tidak mesti dari arah yang sama.

Biarlah cinta,  bertumbuh dan berdaun sampai ia menguncup dan mengembang, tanpa siraman kekecewaan dan kemarahan. Biarkan cintamenjalani takdirnya,  tanpa ia harus berganti tanaman kebencian. Biarkan cinta mekar sesuai takdirnya,  sejauh ia masih disiram dengan kesetiaan dan kerinduan.

Cinta. Mohon jangan menodainya. Hanya karena jalan takdirnya yang berbeda.

Muhammad Idrisman Mendefa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline