*KALAU SEKOLAH LIBUR SELAMA RAMADAN, SISWA MAU NGAPAIN DI RUMAH?*
Oleh IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)
Saat ini diskursus terkait dengan libur (belajar di sekolah) selama bulan ramadan menjadi perbicangan hangat bahkan memicu pro dan kontra. Libur belajar secara penuh selama bulan ramadan pernah diberlakukan masa presiden K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Saat itu, kebijakan ini tidak memicu pro dan kontra saat ini. Berjalan saja. Tujuan libur sekolah selama bulan ramadan agar siswa yang muslim bisa fokus melaksanakan ibadah puasa. Kondisi fisik yang kadang menurun dan lemah karena berpuasa menyebabkan siswa tidak semangat belajar sehingga pembelajaran tidak berjalan optimal. Oleh karena itu, selama bulan ramadan, siswa libur sekolah. Libur di sini maksudnya bukan berarti siswa tidak belajar sama sekali. Tetapi, maksudnya adalah selain siswa yang beragama Islam bisa fokus berpuasa di rumah, tetapi bisa sambil belajar atau mengerjakan tugas dari sekolah/guru.
Pascakepemimpinan Presiden Gusdur, tidak ada lagi kebijakan libur selama sebulan penuh selama bulan ramadan. Pada bulan ramadan, siswa da libur pada hari pertama puasa, lalu melaksanakan kegiatan belajar, mengikuti kegiatan pesantren kilat (sanlat), lalu libur satu minggu jelang idulfitri. Dengan mempertimbangkan kondisi fisik siswa yang berpuasa, jam pelajaran (JP) selama bulan ramadan pun biasanya dikurangi. Misalnya dari 40 atau 45 menit menjadi 30 menit per JP.
Kegiatan pesantren kilat biasanya dilaksanakan selama beberapa hari. Kadang kelasnya dipisahkan seperti pembelajaran pada umumnya, tapi ada juga yang digabungkan. Bahkan, kadang kegiatan sanlat di sekolah dianggap sebagai kegiatan "sunnat" oleh siswa, sehingga walau sebenarnya sekolah mewajibkan setiap siswa datang ke sekolah, pada praktiknya tidak semua siswa yang datang. Siswa yang datang ke sekolah pun belum tentu mengikuti sanlat dengan serius. Prinsipnya, yang penting datang dan mengisi daftar hadir. Sanlat yang waktunya hanya beberapa hari terkesan hanya untuk memenuhi keperluan administrasi saja.
Sekarang muncul lagi wacana terkait libur penuh selama bulan Ramadan. Pemerintah memang belum memutuskan terkait hal ini. Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa saat ini ada 3 usul opsi terkait belajar selama bulan ramadan. Opsi pertama, sekolah diliburkan satu bulan selama ramadan dan siswa mengikuti kegiatan keagamaan di masyarakat. Opsi kedua, sekolah diliburkan beberapa hari di awal dan akhir ramadan dan opsi ketiga adalah, selama ramadan, sekolah tidak libur seperti yang berlaku selama ini. Keputusan akhir terkait hal ini akan diputuskan melalui Surat Edaran (SE) 3 Kementerian yaitu, Mendikdasmen, Menteri Agama, dan Menteri Dalam Negeri.
Mendikdasmen Abdul Mu'ti menyampaikan bahwa pada bulan ramadan istilahnya bukan libur selama ramadan, tetapi pembelajaran selama ramadan. Sebenarnya, bulan ramadan itu sendiri adalah bulan pembelajaran (syahrul tarbiyah). Belajar apa? Belajar berpuasa bagi yang anak-anak/pemula, belajar menahan hawa nafsu, belajar disiplin, belajar ilmu agama, dan belajar hal-hal positif lainnya.
Belajar di sini bukan dalam artian belajar seperti di sekolah, tetapi belajar arti lebih substantif. Bahkan bulan ramadan bisa menjadi sarana meningkatkan kecakapan vokasional anak dan membangun karakter, seperti belajar membereskan tempat tidur, membersihkan rumah, atau membantu orang tua menyiapkan menu berbuka puasa.
Idealnya, saat bulan ramadan, anak libur sekolah dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, orang tua mendampingi dan membimbing anak, tetapi realitanya, saat anak sekolah libur sekolah selama ramadan, orang tua tetap bekerja/ mencari nafkah. Orang tua tidak memiliki waktu mendampingi anak di waktu siang. Kalau pun ada ibu yang tinggal di rumah, tetap direpotkan dengan mengurus rumah dan mengasuh anak-anak lainnya, sehingga peran yang diharapkan tidak terlaksana dengan baik.
Belum lagi orang tuanya sendiri tidak tahu atau bingung apa yang harus dilakukan dalam mendampingi anak karena tidak semua orang tua memiliki kemampuan literasi yang baik. Akibatnya, daripada banyak belajar dan banyak tadarrus Al-Qur'an anak lebih banyak main game online atau tidur. Dampaknya, tujuan peningkatan amal ibadah selama bulan ramadan tidak tercapai.
Rasa bosan terjadi jika siswa terlalu libur lama. Penurunan motivasi dan kemampuan belajar pun bisa juga terjadi. Pertanyaan lain yang muncul dari masyarakat jika libur selama bulan ramadan terlalu lama, bagaimana dengan siswa nonmuslim? Apa yang harus mereka lakukan? Apakah kekosongan selama belajar di sekolah diisi juga dengan kegiatan keagamaan sesuai dengan agama mereka? Berdasarkan kepada hal tersebut, maka pemerintah perlu secara bijak memutuskan terkait dengan libur selama bulan ramadan. Dan perlu mencari jalan tengah agar di satu sisi tujuan bulan ramadan sebagai sarana peningkatan keimanan dan ketakwaan kaum muslim bisa tercapai, tetapi di sisi lain, mutu pembelajaran secara akademik bisa terjaga.