Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Ramadan yang Telah Mendidik Kita

Diperbarui: 9 Mei 2022   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

RAMADAN YANG TELAH MENDIDIK KITA

Oleh: IDRIS APANDI

(Praktisi Pendidikan)

 

Hari raya idulfitri 1 Syawal 1443 H bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tanggal 2 Mei 2022 M. Dua peristiwa ini tentunya menjadi hal penting bagi bangsa Indonesia. Idulfitri dirayakan oleh umat Islam sedunia setelah sebulan lamanya berpuasa. Bulan Ramadan ibarat sebuah sekolah kehidupan. Bulan Ramadan disebut juga sebagai bulan tarbiyah (pendidikan) karena puasa bukan hanya menahan lapar dan dahaga sejak waktu subuh hingga waktu maghrib tetapi mendidik dan melatih umat Islam untuk mengendalikan hawa nafsu.

Bulan puasa telah mendidik umat Islam untuk disiplin, taat terhadap aturan, tepat waktu, mengendalikan diri, berbuat baik terhadap sesama makhluk, bersedekah, bahkan mendidik untuk menjadi pecinta ilmu dan pecinta Al-Qur'an karena selama bulan Ramdan sangat disarankan untuk mencari ilmu dan tadarus Al-Qur'an.  Selama bulan Ramdan "baterai keimanan" setiap muslim dicas hingga penuh sehingga bisa menjadi tenaga untuk menjalani 11 bulan berikutnya.

Ibadah dan berbagai amal kebaikan yang dilakukan selama bulan Ramadan diharapkan dapat konsisten dilaksanakan pada bulan-bulan berikutnya. Konsistensi dalam beribadah. Inilah yang sebenarnya menjadi tantangan pascabulan ramadan karena banyak orang yang selama bulan Ramadan semangat dan rajin beribadah, tetapi pascaramadan semangatnya menurun dengan berbagai alasan.

Kita tentunya berharap puasa kita mabrur. Ciri puasa yang mabrur adalah jika kualitas dan kuantitas ibadah seorang muslim tetap terjaga bahkan lebih meningkat. Dengan kata lain, dia telah lulus mengikuti pendidikan selama bulan Ramadan. Tetapi jika yang terjadi adalah sebaliknya, kuantitas dan kualitas ibadah menurun, semangatnya dalam beramal salah dan berbuat kebaikan menurun, maka pada dasarnya dia telah gagal atau belum lulus mengikuti pendidikan Ramadan.

Tema peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2022 adalah "Pimpin Pemulihan, Bergerak untuk Merdeka Belajar." Semangat puasa Ramadan bisa menjadi inspirasi bagi bangsa Indonesia khususnya para pemegang kebijakan dan pelaku pendidikan untuk bersama memulihkan pendidikan setelah mengalami penurunan mutu sebagai dampak pandemi Covid-19 yang terjadi sejak Maret 2020. Saat ini pandemi masih terjadi. Walau demikian, tampaknya kondisi saat sedang memasuki masa transisi dari pandemi menjadi endemi. Adanya pelonggaran terhadap syarat perjalanan tidak lagi mewajibkan menunjukkan hasil test swab antigen tapi cukup menunjukkan hasil vaksin 1 dan 2 serta dibolehkannya mudik setelah 2 tahun dilarang menjadi indikator peralihan dari masa pandemi menuju endemi. Kita tentunya berharap kondisi ini semakin baik termasuk dalam bidang pendidikan.

Pada bulan Ramadan, Allah memberikan kemerdekaan kepada setiap hamba-Nya untuk melakukan beragam ibadah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada-Nya dan muaranya menjadi insan yang bertakwa. Orang yang bertakwa akan memiliki jiwa yang merdeka dari rasa angkuh dan merdeka dari rasa takut tidak mendapatkan rezeki dari Allah karena Allah telah menjamin rezeki bagi orang-orang yang bertakwa. Bahkan rezeki itu datang dari jalan yang tidak terduga sebelumnya. Allah pun menjamin akan memberikan jalan keluar dari setiap kesulitan bagi setiap hamba-Nya yang bertakwa.

Para pelaku pendidikan diharapkan memiliki semangat yang tinggi untuk terus bergerak memulihkan pendidikan dalam kerangka merdeka belajar. PR besar pendidikan saat ini adalah meningkatkan mutu literasi dan numerasi peserta didik. Hasil Asesmen Nasional 2021 menunjukkan  bahwa 1 dari 2 orang peserta didik belum mampu mencapai kompetensi minimal minimal dan 2 dari 3 peserta didik belum mencapai kompetensi minimal numerasi. Dengan kata lain, para peserta didik masih belum merdeka dari ketertinggalan literasi dan numerasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline