Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Euforia Mudik Lebaran Pascapandemi Covid-19

Diperbarui: 28 April 2022   12:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

EUFORIA MUDIK LEBARAN PASCAPANDEMI COVID-19

Oleh: IDRIS APANDI

Setelah 2 tahun yaitu 2020 dan 2021 masyarakat dilarang atau dibatasi mudik karena alasan pandemi Covid-19, maka pada tahun 2022 pemerintah membolehkan masyarakat mudik dengan syarat telah mendapatkan vaksin booster. Melandainya dan terkendalinya kasus Covid-19 menjadi pertimbangan pemerintah membolehkan masyarakat mudik pada tahun ini.

Hal tersebut tentunya disambut oleh masyarakat khususnya para perantau yang selama dua tahun tidak bisa mudik. Tahun ini diperkirakan lebih dari 70 juta orang akan mudik. Oleh karena itu, pemerintah dan aparat kepolisian telah menyiapkan berbagai infrastruktur mudik agar hal ini bisa berjalan aman dan lancar. Awak media yang selama 2 tahun "istirahat" memberitakan berita mudik dari titik-titik macet, tahun ini mulai menggeliat kembali. Para reporter siap-siap memberikan reportase mudik paling aktual dari berbagai tempat. Para pemudik diharapkan untuk mudik dengan tertib, mematuhi peraturan lalu lintas, dan mematuhi protokol Kesehatan karena Covid-19 masih tetap mengancam.

Di Indonesia, mudik adalah tradisi yang telah dilaksanakan selama puluhan tahun. Dulu, mudik hanya identik dengan lebaran bagi umat Islam, tetapi dalam perkembangannya mudik pun saat ini dilakukan oleh umat Non-muslim seperti menjelang natal, menjelang tahun baru masehi, dan menjelang tahun baru imlek. Tradisi mudik bukan hanya ada Indonesia, tetapi juga ada negara lain-lain yang melakukannya seperti Malaysia, Cina, India, Bangladesh, Turki, Arab Saudi, dan Mesir.

Di Indonesia (atau mungkin di negara-negara lain), mudik menjadi sarana bagi perantau untuk pulang kampung, bertemu dengan keluarga, dan sanak saudara yang telah lama tidak bertemu. Lalu sarana untuk mengenang masa kecil dan bersailaturahmi dengan teman-teman di kampung. Dari konteks ekonomi, pada tradisi mudik terjadi aliran uang dari kota ke desa yang snagat vesar. Jumlahnya bisa triliunan. THR yang didapatkan di kota dibelanjakan di desa. Di sini ekonomi bergerak dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pendapatan daerah pun meningkatkan dari aspek transportasi, kuliner, perdagangan, jasa, dan pariwisata.

Diakui atau tidak, mudik pun menjadi sarana bagi perantau untuk "pamer kesuksesan" kepada keluarga di kampung sehingga hal ini bisa menjadi inspirasi bagi orang kampung untuk mengadu nasib di kota. Para pemudik datang ke kampung dengan menggunakan beragam moda kendaraan, diantaranya dengan membawa kendaraan pribadi atau kendaraan sewaan. Seiring dengan mudahnya prosedur kredit kendaraan bermotor, maka yang memiliki kendaraan pribadi semakin banyak. Kendaraan yang dibawa ke kampung bisa menjadi salah satu simbol kesuksesan seorang pemudik. Tidak masalah walau hasil kredit. Kendaraan tersebut digunakan untuk beragam aktivitas selama mudik di kampung. Mulai dari belanja, silaturahmi, hingga piknik.

Walau belum memasuki cuti bersama mulai tanggal 29 April 2022, tetapi para pemudik yang umumnya wirausaha sudah mudik ke kampung halaman. Alasannya untuk menghindari macet parah yang suka terjadi jelang puncak  arus mudik. Para penumpang sudah memadati terminal, stasiun kereta api, bandara, dan pelabuhan. Pemerintah pun menyarankan agar warga selain ASN dan anggota TNI/Polri untuk mudik lebih awal untuk menghindari kemacetan parah pada puncak arus mudik yang diperkirakan tanggal 28-30 April 2022. Pada jalur-jalur mudik seperti jalan tol Cikampek, pantura, dan Nagreg sudah tampak kemacetan panjang. Kemacetan dianggap seninya mudik. Oleh karena itu, cuaca panas, lelah, dan pegal-pegal di perjalanan tidak menyurutkan orang untuk mudik.

Kehati-hatian dan kesabaran para pemudik menjadi hal yang sangat penting agar tidak terjadi kasus kecelakaan di perjalanan. Jika pemudik lelah, sebaiknya beristirahat di tempat-tempat yang telah ditentukan. Posko-posko mudik sudah didirikan baik oleh Dinas Perhubungan, apparat kepolisian, atau berbagai pihak yang peduli terhadap kelancaran arus mudik.

Prediksi membludaknya jumlah pemudik tidak lepas dari euphoria mudik pascapandemi Covid-19. Dua tahun tidak mudik menjadi alasan yang sangat kuat untuk mudik. Mereka rindu mudik. Rindu bertemu dengan sanak-saudara di kampung halaman. Rindu mencicipi makanan pavorit buatan orang tua di kampung. Berdesak-desakan tidur di tengah rumah orang tua dan antri ke kamar mandi menjadi pemandangan yang akan terjadi selama mudik di kampung. Uang dan barang bisa paketkan. Komunikasi bisa dilakukan secara virtual. Kalimat tersebut kita dengar selama masa larangan mudik. Walau demikian, secara psikologis, komunikasi secara virtual tidak dapat menggantikan kenikmatan dan kebahagiaan komunikasi secara langsung. Senda gurau keluarga besar sambil makan kue lebaran tidak terjadi selama masa larangan mudik. Inilah hal yang mendorong orang mudik walau berisiko macet di perjalanan.

Di tengah euphoria mudik lebaran pascapandemi Covid-19, tentunya diharapkan para pemudik tidak lengah. Tetap patuhi protokol Kesehatan. Hal ini untuk mengantisipasi kenaikan kasus Covid-19. Jika hal tersebut terjadi, maka kegiatan ekonomi dan kegiatan masyarakat yang sudah mulai pulih bisa terganggu kembali. Selamat mudik. Hati-hati di perjalanan. Semoga selamat sampai tujuan dan bisa berlebaran bersama keluarga di kampung halaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline