Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Kurikulum Merdeka dan Demokratisasi Pembelajaran

Diperbarui: 19 Februari 2022   09:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada penerapan Kurikulum Merdeka, refleksi menjadi bagian penting yang tidak boleh ditinggalkan, baik oleh siswa, guru, maupun kepala sekolah.| Sumber: Dok Tanoto Foundation via Kompas.com

Tanggal 11 Februari 2022 Mendikbudristek Nadiem Makarim secara resmi meluncurkan Kurikulum Merdeka. Tujuan utama dari kurikulum ini adalah untuk memulihkan pendidikan setelah mengalami penurunan mutu (learning loss) selama pandemi Covid-19 sejak Maret 2020 sampai dengan sekarang. 

Kurikulum merdeka digadang-gadang lebih sederhana dibandingkan dengan kurikulum 2013. Perubahan kurikulum yang disertai pembelajaran paradigma baru diharapkan bisa meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi peserta didik mengingat masih rendahnya kemampuan peserta didik pada membaca, matematika, dan sains.

Mendikbudristek menyatatakan bahwa kurikulum merdeka memiliki 3 keunggulan, yaitu: 

(1) Sederhana dan mendalam, yaitu fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetesi peserta didik pada fasenya. Belajar menjadi lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan; 

(2) Lebih merdeka. Pada konteks peserta didik: tidak ada program peminatan di SMA. Peserta didik memilih mata pelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan aspirasinya. Pada konteks guru: guru mengajar sesuai dengan tahapan pencapaian dan perkembangan peserta didik. Pada konteks sekolah: sekolah memiliki wewenang untuk mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan karakteristik satuan Pendidikan dan peserta didik.

(3) Lebih relevan dan interaktif. Dalam artian pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual, misalnya isu lingkungan, kesehatan, dan lainnya untuk mendukung, pengembangan karakter kompetensi profil Pelajar Pancasila.

Arah perubahan kurikulum antara lain:

(1) Struktur kurikulum yang lebih fleksibel, dalam artian sekolah diberikan keleluasaan untuk memenuhi jam pelajaran dalam satu tahun pelajaran, 

(2) Fokus pada materi esensial. Capaian pembelajaran diatur per fase, bukan per tahun, 

(3) Memberikan keleluasaan kepada guru untuk menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline