Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Evaluasi Mitigasi Pembelajaran Tatap Muka Terbatas

Diperbarui: 26 September 2021   12:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kondisi pembelajaran tatap muka siswa SD. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Pertemuan Tatap Muka Terbatas (PTMT) baru beberapa pekan dilakukan oleh Kemendikbudristek dan Kemenag, tetapi sudah ada kasus ribuan sekolah yang menjadi cluster baru Covid-19. 

Hal tersebut membuat pemerintah daerah menutup sementara  PTMT di sekolah yang bersangkutan. Sekolah dibersihkan dan disemprot desinfektan sedangkan peserta dan guru yang terpapar Covid-19 diisolasi di bangunan sekolah atau tempat lain yang representatif.

Hingga 23 September 2021 Kemendikbudristek mencatat sebanyak 1.296 (2,8%) dari 46.580 sekolah menjadi cluster Covid-19. Walau demikian, Kemdikbudristek tetap akan melanjutkan PTMT dengan meningkatkan dan memperketat protokol kesehatan. 

Penutupan sementara PTMT hanya dilakukan di sekolah yang menjadi cluster Covid-19 disertai dengan evaluasi mitigasi PTMT-nya. 3T (Testing/tes, Tracing/penelusuran kontak erat, dan Treatment/perawatan) kepada pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik di sekolah yang menjadi cluster Covid-19 tentunya perlu dilakukan agar dapat dipantau dan dikendalikan.

Terkait PTMT pada masa pandemi, pemerintah sebenarnya telah menerbitkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri sebagai panduannya. Kemdikbudristek dan Kemenag juga telah membuat Buku Panduan PTMT. Pemerintah daerah telah membuat daftar ceklist dan memverifikasi kesiapan PTMT di satuan pendidikan. 

Sekolah pun telah membentuk Satgas Covid-19 dan membuat Prosedur Standar Operasional (POS) protokol kesehatan PTMT. Walau berbagai upaya telah dilakukan, tetapi ternyata jebol juga. Muncul kasus Covid-19 cluster sekolah. 

Hal tersebut sebenarnya telah diingatkan oleh beberapa pihak yang menolak PTMT karena risikonya masih cukup tinggi mengingat belum semua pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik mendapatkan vaksin Covid-19. 

Walau ada risiko tersebut, tetapi Kemendibudristek tetap mendorong daerah yang pada Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PKKM) berada pada level 1, 2, dan 3 untuk melaksanakan PTMT dengan protokol kesehatan yang ketat sebagai upaya untuk mengurangi semakin menurunnya mutu pembelajaran (learning loss).

Berdasarkan pengamatan saya di beberapa sekolah yang telah melaksanakan PTMT, protokol kesehatan secara ketat sudah dilaksanakan. Mulai dari peserta didik datang ke sekolah, selama kegiatan pembelajaran, dan saat pulang dari sekolah. Walau demikian, memang tidak mudah memantau aktivitas peserta didik, apalagi saat mereka menuju ke sekolah dan pulang dari sekolah. 

Di samping kedisiplinan yang bersangkutan terhadap protokol kesehatan, kerjasama dan peran serta orang tua dan masyarakat pun tentunya sangat diperlukan untuk meminimalisasi munculnya kasus baru Covid-19. Bisa saja pendidik, tenaga kependidikan, atau peserta didik terpapar Covid-19  bukan di sekolah, tetapi di perjalanan menuju atau pulang dari sekolah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline