Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

SMPN 4 Cikalong Wetan: Sekolah Para Pejuang dan Penggerak Pendidikan

Diperbarui: 8 Januari 2021   14:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama penulis dengan pendidik dan tenaga kependidikan SMPN 4 Cikalong Wetan KBB, 7 Januari 2021. (Dok. Idris Apandi)

SMPN 4 CIKALONG WETAN, SEKOLAH PARA PEJUANG DAN PENGGERAK PENDIDIKAN

Oleh: IDRIS APANDI

(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Penulis Buku Sekolah Kaizen)

Pada tulisan kali ini saya akan menulis tentang SMPN 4 Cikalong Wetan. Sekolah ini berada di wilayah pegunungan. Tepatnya beralamat di Jl. Nagrak Kp. Kadupugur RT 01/ RW 11 Desa Ganjarsari Kecamatan Cikalongwetan Kab. Bandung Barat. Kalau mau berkunjung ke sekolah ini, harus masuk dulu ke wilayah Kecamatan Darangdan Kabupaten Purwakarta karena sekolah ini terletak di wilayah perbatasan antara Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Purwakarta, walau demikian, bisa juga melalui jalan alternatif di sekitar Cikalong Wetan, tapi jalannya kecil dan menanjak tajam.

Kondisi jalan umum menuju ke sekolah tersebut lumayan bagus, tetapi setelah masuk ke perkampungan, jarak sekitar 2 KM menuju lokasi, kondisi jalannya rusak, sempit, dan menanjak sehingga cukup menyulitkan untuk dilalui. Apalagi jika musim hujan. Kondisi jalan tersebut becek dan licin. Bagi yang pertama kali datang ke daerah tersebut harus ekstra hati-hati. Saya pun pada saat berkunjung ke sekolah tersebut beberapa waktu yang sport jantung, karena belum mengenal medan. Kalau bagi yang sudah terbiasa melalui jalan tersebut, mungkin tidak akan terlalu khawatir karena sudah tahu trik-triknya melalui jalan yang rusak, sempit, dan licin.

Lokasi sekolah yang berada di gunung dengan medan yang cukup berat tidak mengurangi semangat pendidik dan tenaga kependidikannnya untuk berkarya. Ibarat cahaya, sekolah ini berhasil memunculkan sinar dan sinarnya semakin terang benderang melalui berbagai torehan berbagai prestasi, sehingga sekolah yang dikepalai oleh Asep Gunawan, S.Ag. ini bukan hanya di kenal di tingkat Kabupaten, tetapi juga pada tingkat provinsi dan nasional. Salah satu gurunya, yaitu Endang Widiasari, M.Pd. berhasil mendapatkan penghargaan sebagai guru inspiratif tingkat nasional tahun 2020.

Dalam pengamatan saya, sejak memiliki tanah dan bangunan sendiri tahun 2016, sekolah ini mengalami perkembangan yang cukup pesat, mulai dari pengadaan sarana dan prasarana, penataan lingkungan, hingga prestasi yang dihasilkan. Mengapa saya mengatakan demikian? Karena saya mengamati proses pembangunan sekolah ini melalui postingan-postingan bu Endang di media sosial FB mulai dari proses perataan tanah, proses pembangunan sekolahnya, hingga saat ini.

Kebersamaan, sinergi, dan harmoni menjadi kekuatan bagi 17 orang pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah ini untuk terus meningkatkan mutu sekolah dan layanan pendidikan kepada para peserta didik. Keterbatasan sarana dan prasarana tidak membuat mereka lemah dan menjadi alasan untuk minim karya dan prestasi, tetapi hal tersebut menjadi tantangan yang dijawab melalui kerja keras, kreativitas, dan inovasi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. 5 orang guru PNS dan 12 orang guru/tenaga honorer menjadi tim sangat kompak dalam menyusun, melaksanakan, dan mengevaluasi setiap program sekolah yang memiliki lebih sekitar 200 peserta didik ini.

Dalam konteks literasi, sekolah ini bersemangat dalam membangun budaya literasi. Sekolah ini menerbitkan buletin Cahaya, melibatkan orang tua untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan literasi, misalnya dengan adanya kegiatan membaca bersama, ikut serta dalam tantanga membaca yang diselengarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat, dan ikut serta dalam dalam Gerakan Literasi Nasional (GLN) Gareulis Jabar. Tidak ketinggalan, sekolah ini pun telah menerbitkan buku antologi karya guru dan peserta didiknya. Bahkan dalam kondisi pandemi Covid-19, mereka tetap berkarya menerbitkan buku.

Kondisi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau Belajar dari Rumah (BDR) pada masa pandemi Covid-19 yang dihadapkan pada tantangan keterbatasan sarana (smartphone/laptop), akses sinyal internet, dan beban kuota internet, disiasati oleh para gurunya dengan melakukan komunikasi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti orang tua peserta didik dan pemerintah desa setempat untuk ikut bisa membantu pelaksanaan PJJ plus mengantisipasi terjadinya drop out (DO) peserta didiknya. Peserta didik yang tidak bisa melakukan pembelajaran daring, dilayani melalui pembelajaran secara luring. Para guru berkunjung ke rumah peserta didik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline