Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Menjadi Guru yang Tampil Beda dengan Menulis

Diperbarui: 29 Oktober 2020   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

MENJADI GURU YANG TAMPIL BEDA DENGAN MENULIS

Oleh: IDRIS APANDI, M.Pd.

(Widyaiswara LPMP Jawa Barat, Penulis Ratusan Artikel dan Puluhan Buku)

Menulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) menjadi sebuah kewajiban bagi guru yang ingin meningkatkan profesionalismenya. Sudah banyak contoh guru yang kenaikan pangkatnya lancar bahkan relatif cepat karena ditunjang dengan menulis KTI. Sebaliknya, sangat banyak guru, khususnya yang berstatus PNS yang terkendala kenaikan pangkatnya karena tidak ditunjang dengan menulis KTI.

Seiring dengan gegap gempitanya Gerakan Literasi Sekolah (GLS) yang digulirkan baik oleh Kemendikbud, maupun oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota, banyak guru yang termotivasi dan bergairah untuk menulis. 

Organisasi profesi guru dan komunitas pun tidak tinggal diam. Mereka banyak menyelenggarakan pelatihan menulis, menghimpun draft tulisan hasil karya peserta pelatihan, hingga menerbitkannya baik dalam bentuk antologi maupun dalam bentuk buku solo.

Saya melihat bahwa semangat guru menulis dari waktu ke waktu meningkat. Hal ini terbukti dengan semakin banyak guru yang menghasilkan tulisan baik dalam bentuk artikel maupun buku. 

Adanya lomba-lomba menulis dan forum penghargaan bagi guru penulis menjadi pelecut semangat bagi mereka untuk terus menulis. Ditambah tulisan dijadikan sebagai penunjang untuk kenaikan pangkat membuat mereka semakin meningkatkan kualitas dan kemampuan menulisnya.

Bagi guru, menulis selain menjadi sarana eksistensi diri, juga sebagai sarana untuk meraih apresiasi, prestasi, bahkan gengsi. Menjadi guru yang memiliki kemampuan menulis akan berbeda dengan guru yang kurang memiliki kemampuan menulis. 

Pada beberapa kegiatan, saya bergabung dengan guru-guru pada kegiatan yang dilaksanakan baik oleh Kemendikbud maupun oleh Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota baik sebagai penyusun naskah, narasumber/fasilitator, atau hanya sebagai peserta. 

Banyak diantara mereka yang memang memiliki keunggulan dan karya dibandingkan dengan guru-guru yang lain, khususnya dalam hal menulis dan membuat karya inovatif.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline