Lihat ke Halaman Asli

IDRIS APANDI

TERVERIFIKASI

Penulis 1070 lebih artikel dan 55 buku, trainer menulis, dan mengisi berbagai seminar/ workshop menulis, pendidikan, dan peningkatan mutu guru, baik di daerah maupun nasional.

Kedudukan Pengantar atau Kata Pengantar pada Sebuah Buku

Diperbarui: 15 Januari 2020   22:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pada sebuah buku, penulis ada yang suka menyertakan pengantar atau kata pengantar dari tokoh tertentu, seperti pejabat, akademisi, kaum intelektual, tokoh masyarakat, ketua ormas, atau sosok yang dianggap penting oleh sang penulis. Yang meminta pengantar bisa penulis pemula atau penulis yang memang sudah punya jam terbang dalam menulis buku. Tujuannya antara lain:

  1. Meningkatkan kepercayaan diri penulis dan daya tawar buku sehingga buku tersebut menarik perhatian pembaca dan laku dijual;
  2. Sebagai bentuk penghormatan dan legacy kepada orang yang dimintai pengantar. Ada kebanggan tersendiri apabila pada buku yang diterbitkan ada pengantar/kata pengantar dari tokoh terkenal atau yang dikagumi, sekaligus juga tokoh yang dimintai pengantar/kata pengantar merasa senang karena merasa "diakui" keberadaan atau kompetensinya;
  3. Sebagai bentuk kenang-kenangan bahwa pada buku tersebut terdapat pengantar/ kata pengantar dari tokoh penting atau tokoh populer.

Pengantar/ kata pengantar dari tokoh berada pada lembaran depan setelah cover dalam. Isinya pada umumnya adalah berupa pendapat atau kajian seorang tokoh terhadap masalah yang relevan dengan hal ditulis oleh penulis buku.

Tujuannya untuk melengkapi, memperkaya, memperkuat, mempertajam, atau memberikan perspektif yang berbeda untuk menambah khazanah keilmuan. Selain itu, berupa apresiasi terhadap karya penulis, dan memberikan motivasi untuk terus berkarya.

Pada praktiknya, pengantar/kata pengantar bisa dibuat oleh tokoh yang dituju, dan ada juga yang dibuatkan oleh penulis, adapun tokoh yang mintai pengantar/kata pengantar hanya memberikan garis-garis besar yang perlu ada pada pengantar/kata pengantar.

Bahkan ada yang menyerahkan sepenuhnya pada penulis, sang tokoh yang dimintai pengantar/ kata pengantar hanya tinggal meng-ACC dan menandatanganinya, tanpa revisi, karena sudah percaya terhadap kualitas pengantar/ kata pengantar yang dibuatkan oleh sang penulis.

Bagi tokoh yang ingin menuliskan sendiri pengantar/ kata pengantar, biasanya meminta dummy buku atau meminta gambaran isi buku dari penulisnya, supaya pengantar/ kata pengantar yang dibuatnya nyambung dengan isi bukunya.

Baginya, pengantar/ kata yang dibuatnya tidak bisa sembarangan, karena berkaitan kredibilitas, profesionalisme, dan nama besar yang disandangnya. Dengan kata lain, tulisan yang dibuatnya harus menggambarkan kemampuan dirinya.

Sedangkan bagi yang setengah menyerahkan atau menyerahkan sepenuhnya penulisan pengantar/ kata pengantar kepada penulis buku bisa disebabkan yang bersangkutan karena sibuk, tidak memiliki waktu, tidak sempat untuk menulis, atau (maaf) karena memang memiliki keterbatasan dalam hal menulis, tapi karena posisi atau jabatannya diminta untuk menyampaikan pengantar/kata pengantar.

Sejauh pengetahuan saya, belum ada hasil penelitian yang menunjukkan ada dampak yang ditimbulkan dari sebuah pengantar/ kata pengantar yang diberikan dari tokoh tertentu terhadap nilai jual sebuah buku.

Bagi yang fanatik dan tahu kredibilitas sang tokoh yang memberi pengantar/kata pengantar pada buku tersebut, mungkin buku tersebut akan menarik perhatiannya, tetapi bagi pembaca secara umum, hal yang menjadi pertimbangan utama adalah isi bukunya, apakah sesuai dengan kebutuhan pembaca atau tidak. Nama penulisnya pun tidak terlalu jadi pertimbangan  bagi pembaca. Yang penting buku tersebut sesuai dengan kebutuhannya.

Lalu, apakah perlu/ penting ataukah tidak sebuah pengantar/ kata pengantar pada sebuah buku? Sepenuhnya diserahkan kepada setiap penulis, kira-kira perlu atau tidak? Akan dapat mendongkrak nilai buku atau tidak, dan sebagainya. Hal yang perlu diperhatikan sebelum memutuskan akan menyertakan pengantar/kata pengantar dari tokoh tertentu antara lain:

  1. Kepakaran, kredibilitas, dan relevansi sang tokoh dengan buku yang ditulis oleh si penulis. Misalnya kalau yang ditulisnya buku pendidikan, maka mintalah pengantar dari tokoh yang menurut penulis relevan dan mumpuni dalam bidang pendidikan;
  2. Pertimbangkan apakah pemberian pengantar/kata pengantar dari tokoh yang diminta akan mudah dilakukan atau tidak? Apakah tidak akan menghambat dalam proses penerbitan buku, apalagi kalau bukunya tersebut dikejar target untuk segera terbit;
  3. Pertimbangkan apakah pengantar tersebut akan menambah nilai jual buku di mata pembaca, karena tidak dapat dipungkiri bahwa penulis berharap bukunya laku di pasaran bahkan kalau bisa sampai best seller.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline